Headline
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.
Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan
PRESIDEN AS Donald Trump kembali mengguncang dunia perdagangan internasional. Dalam pernyataan yang dirilis Sabtu (12/7), Trump mengancam akan mengenakan tarif hingga 30% terhadap produk-produk dari Uni Eropa (UE) dan Meksiko, dua mitra dagang terbesar Amerika Serikat. Kebijakan ini menjadi bagian dari kampanye tarif yang semakin agresif sejak ia kembali menjabat pada Januari 2025.
"Amerika Serikat akan terus bekerja sama dengan Uni Eropa, meski mengalami defisit perdagangan besar," tulis Trump dalam surat kepada Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen, yang ia unggah di Truth Social. "Namun, kami hanya akan melanjutkan kerja sama dengan perdagangan yang lebih adil dan seimbang."
Surat serupa juga dikirimkan kepada Presiden Meksiko Claudia Sheinbaum. Di mana Trump menegaskan tarif diberlakukan sebagai upaya untuk menghentikan masuknya fentanyl ke AS, alasan yang sebelumnya juga ia gunakan untuk menerapkan tarif terhadap Meksiko.
Trump telah memberlakukan berbagai tarif terhadap sejumlah negara tahun ini, namun sering kali disusul dengan perubahan mendadak: dinaikkan, diturunkan, bahkan ditunda. Ketidakpastian ini membuat banyak pelaku usaha dan negara mitra bingung dalam merencanakan masa depan ekonomi mereka.
UE dan Meksiko kini masuk dalam daftar negara yang akan terkena tarif baru mulai 1 Agustus, menyusul pengumuman sebelumnya yang mengancam tarif hingga 40% terhadap produk dari negara lain, termasuk Kanada.
Trump menyatakan seluruh impor dari UE dan Meksiko akan dikenai tarif 30%, dengan pengecualian beberapa sektor tertentu, seperti otomotif yang dikenai tarif 25%.
Ursula von der Leyen mengatakan UE tetap terbuka untuk negosiasi hingga batas waktu 1 Agustus, namun menegaskan tarif sepihak akan merugikan rantai pasok, bisnis, dan konsumen di kedua sisi Atlantik.
"UE akan mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi kepentingannya, termasuk tindakan balasan yang proporsional jika diperlukan," ujarnya.
Presiden Prancis Emmanuel Macron turut mendesak UE untuk mempercepat persiapan sanksi balasan, termasuk menggunakan instrumen anti-koersi. Komentar senada datang dari berbagai pejabat tinggi Eropa—menunjukkan sikap paling keras sejauh ini terhadap kebijakan dagang Trump.
Dari pihak Meksiko, Menteri Ekonomi Marcelo Ebrard menyebut tarif baru sebagai tindakan tidak adil. Ia mengatakan delegasi Meksiko sedang berdiskusi dengan pejabat AS untuk mencari alternatif solusi demi melindungi bisnis dan lapangan kerja di kedua negara. Presiden Sheinbaum menyatakan optimisme akan tercapainya kesepakatan sebelum 1 Agustus.
Dalam suratnya, Trump memperingatkan bahwa setiap tarif balasan terhadap produk AS akan dibalas lebih keras. "Jika kalian menaikkan tarif terhadap kami, kami akan menambahkan angka itu ke tarif 30% yang kami kenakan," tulisnya.
Selain defisit perdagangan, Trump menyoroti hambatan non-tarif, termasuk pajak layanan digital di beberapa negara UE, sebagai alasan tambahan di balik kebijakan ini. Pajak tersebut dinilai merugikan perusahaan teknologi AS, karena diterapkan atas pendapatan bruto, bahkan ketika perusahaan belum meraih laba.
Trump dan pejabat pemerintahannya juga menuduh Uni Eropa tidak beritikad baik dalam negosiasi. Bahkan dua bulan lalu, Trump sempat mengancam memberlakukan tarif 50% terhadap produk UE jika kesepakatan tak tercapai hingga 1 Juni. “Saya tidak sedang mencari kesepakatan,” katanya waktu itu.
Menteri Keuangan AS, Scott Bessent, mengatakan dalam wawancara di Fox News bahwa proposal dari UE tidak sebaik mitra dagang AS lainnya. Namun, ia memuji Inggris karena telah "dengan cerdas" mengamankan kesepakatan dagang lebih awal.
Menurut Kantor Perwakilan Perdagangan AS (USTR), Uni Eropa adalah mitra dagang terbesar Amerika dengan total transaksi dua arah mencapai US$976 miliar pada 2024. Meksiko berada di posisi kedua dengan US$840 miliar, disusul Kanada sebesar US$762 miliar. (CNN/Z-2)
PRESIDEN Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan bahwa akan mengenakan tarif impor AS sebesar 35% terhadap Kanada, kebijakan yang mulai berlaku pada 1 Agustus 2025.
Hal ini mencerminkan kuatnya komitmen untuk menjaga stabilitas hubungan dagang antar kedua negara.
KETUA Umum Gabungan Perusahaan Ekspor Indonesia (GPEI) Benny Sutrisno khawatir bahwa Indonesia berpotensi dikenakan tarif impor AS lebih tinggi karena masuk BRICS.
Deputi Kepala BP Batam Bidang Investasi dan Usaha, Fary Djemi Francis, menyampaikan bahwa respons yang diambil selaras dengan arah kebijakan nasional dan disusun secara cepat serta terukur.
Presiden Donald Trump mengancam menaikan tarif 50% terhadap produk asal Brasil dan mendesak pengakhiran persidangan Jair Bolsonaro.
Setelah Rusia gempur Ukraina, Uni Eropa meluncurkan strategi penyimpanan darurat guna memastikan ketersediaan barang-barang penting seperti makanan, air, bahan bakar dan obat-obatan.
MENTERI Luar Negeri Rusia, Sergey Lavrov menyatakan bahwa upaya Uni Eropa dan NATO membuat kekalahan strategis terhadap Moskow tidak akan berhasil. Empat alasan barat tak mampu taklukan Rusia
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen menegaskan siap menandatangani kesepakatan dagang dengan Donald Trump, termasuk konfrontasi tarif.
SSCP merupakan bagian dari inisiatif multi-negara di bawah arahan dari ChildFund International di Indonesia yang berjalan di Lampung, Indonesia, dan Liquica, Timor Leste.
KOMISI Eropa memperpanjang sanksi terhadap Rusia sebagai respons atas aneksasi ilegal wilayah Krimea dan kota Sevastopol hingga 23 Juni 2026.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved