Headline

Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.

Fokus

F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.

RI-AS Negosiasi Penurunan Tarif Produk Andalan

M Ilham Ramadhan Avisena
24/7/2025 18:41
RI-AS Negosiasi Penurunan Tarif Produk Andalan
Menko Ekonomi, AIrlangga Hartanto(Metrotvnews/Kautsar Widya Prabowo)

PERUNDINGAN antara Indonesia dengan Amerika Serikat masih terus berlanjut. Sejumlah produk komoditas strategis Indonesia tengah diupayakan agar dikenai tarif lebih rendah dari 19%, atau bahkan diharapkan bisa mendekati 0%, alias bebas pungutan oleh AS dengan pendekatan tarif preferensial.

"Perundingan masih akan terus berlangsung untuk bicara detail teknis karena masih ada beberapa kepentingan yang dijanjikan dan akan ditindaklanjuti," ujar Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam konferensi pers di kantornya, Jakarta, Kamis (24/7).

Beberapa komoditas yang sedang diperjuangkan untuk mendapatkan tarif lebih rendah dari 19% antara lain kelapa sawit, kopi, kakao, produk agro, dan produk mineral lainnya. Selain itu, pemerintah juga menargetkan penurunan tarif untuk komponen pesawat terbang dan produk industri tertentu yang diproduksi di kawasan free trade zone (FTA).

"Itu dimungkinkan lebih rendah dari 19% dan dimungkinkan mendekati 0%," jelas Airlangga.

Menurutnya, langkah itu dilakukan untuk menciptakan kesetaraan perlakuan seperti yang diberikan oleh negara lain. Sebagai contoh, dalam kesepakatan dagang dengan Uni Eropa (IEU-CEPA), Indonesia berhasil mendapatkan tarif 0% untuk produk minyak kelapa sawit (crude palm oil/CPO). Hal itu dijadikan benchmark dalam negosiasi lanjutan dengan AS.

Airlangga juga menekankan pentingnya perlakuan tarif yang kompetitif untuk komponen industri tertentu yang diproduksi di kawasan berikat, terutama produk-produk yang digunakan dalam sektor kesehatan dan kebutuhan strategis AS. "Kita minta kesetaraan komponen untuk industri tertentu yang bisa diberikan tarif lebih kompetitif agar bisa mensuplai kebutuhan komponen di Amerika Serikat," ujarnya.

Dalam konteks regional, tarif yang dikenakan kepada Indonesia dinilai masih lebih baik dibanding beberapa negara pesaing. Ia merinci, Filipina awalnya mendapatkan tarif 17% yang sempat naik ke 20% dan kini turun ke 19%. Malaysia masih dikenakan tarif 25%, Thailand 36%, dan Vietnam memiliki dua skema yaitu 20% dan 40% tergantung asal transhipment.

Untuk produk unggulan ekspor seperti tekstil, apparel, dan sepatu, negara-negara produsen lain masih dikenakan tarif tinggi. Bangladesh misalnya masih terkena tarif 35% dari sebelumnya 37%, Pakistan 29%, dan India 17%.

Sementara itu, Jepang baru saja diumumkan mendapatkan tarif 15% dalam perjanjian dengan AS, didukung oleh investasi Jepang di Negeri Paman Sam senilai US$550 miliar di sektor energi, farmasi, dan lainnya. Hal ini menjadi tantangan dan sekaligus dorongan bagi Indonesia untuk memperkuat posisinya dalam negosiasi yang ditargetkan selesai dalam waktu dekat.

Airlangga Ia juga menegaskan joint statement antara Indonesia dan Amerika Serikat yang diumumkan pada 22 Juli 2025 merupakan bentuk komitmen politik kedua negara sebagai pijakan menuju perjanjian dagang formal. Secara umum, itu enggambarkan kesepakatan yang telah dibahas dan Amerika Serikat menunjukkan poin-poin penting dan komitmen politik baik Indonesia maupun Amerika. (Mir)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Gana Buana
Berita Lainnya