Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Libanon Tempatkan Tentaranya di Wilayah Perbatasan Litani Selatan

Budi Ernanto
28/1/2025 10:32
Libanon Tempatkan Tentaranya di Wilayah Perbatasan Litani Selatan
Tentara Libanon.(AFP/ANWAR AMRO)

TENTARA Libanon, Senin (27/1), mengumumkan bahwa pihaknyq telah menempatkan personelnya  di Deir Mimas, kota di Distrik Marjayoun, Libanon selatan, dan daerah perbatasan lainnya setelah penarikan pasukan Israel.

Tentara Libanon menyatakan bahwa pasukan tersebut ditempatkan di Deir Mimas dan wilayah perbatasan Litani selatan sebagai bagian dari operasi yang dikoordinasikan dengan Komite Lima Pihak yang mengawasi kesepakatan gencatan senjata.

Komite tersebut beranggotakan Libanon, Israel, Amerika Serikat, Prancis, dan UNIFIL.

Tentara Libanon menekankan peran mereka dalam membantu para warga yang kembali ke desa-desa mereka dan menjaga koordinasi erat dengan Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL) untuk menstabilkan wilayah tersebut di bawah Resolusi Dewan Keamanan PBB 1701.

Resolusi 1701, yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, mengamanatkan gencatan senjata antara Hizbullah dan Israel, serta pembentukan zona bebas senjata antara Garis Biru (yang menandai penarikan Israel dari Libanon pada 2000) dan Sungai Litani, dengan pengecualian bagi personel militer Libanon dan UNIFIL.

Penempatan pasukan itu dilakukan menyusul pengumuman Gedung Putih pada Ahad mengenai perpanjangan gencatan senjata antara Libanon dan Israel hingga 18 Februari.

Perpanjangan itu memberi Israel waktu tambahan untuk menarik diri dari Libanon selatan, melebihi tenggat waktu awal yang ditetapkan pada 26 Januari sesuai dengan jadwal penarikan 60 hari yang disepakati pada November 2024.

Meskipun ada jadwal tersebut, Israel menunda penarikannya, dengan alasan adanya ketidakjelasan dalam kesepakatan tersebut.

Sejak Ahad pagi, warga sipil Libanon yang mengungsi mulai kembali ke desa-desa mereka, yang sebelumnya mereka tinggalkan saat serangan Israel.

Pasukan Israel, yang menentang penarikan itu, menembaki warga-warga yang kembali. Akibatnya puluhan orang tewas dan terluka.

Gencatan senjata yang rapuh dan telah berlaku sejak 27 November 2024 itu mengakhiri periode saling serang artileri antara Israel dan kelompok Hizbullah yang terjadi sejak 8 Oktober 2023.

Saling serang Hizbullah-Israel itu meningkat menjadi konflik skala penuh pada 23 September tahun lalu.

Menurut ketentuan gencatan senjata, Israel diharuskan menarik pasukannya ke selatan Garis Biru – sebuah perbatasan de facto – secara bertahap. Sementara tentara Libanon diminta untuk diterjunkan di Libanon selatan dalam waktu 60 hari.

Data dari Kementerian Kesehatan Libanon menunjukkan bahwa sejak dimulainya serangan Israel terhadap Libanon pada 8 Oktober 2023, setidaknya 4.080 orang telah tewas, termasuk wanita, anak-anak, dan tenaga kesehatan. Konflik tersebut juga melukai 16.753 orang. (Ant/Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya