Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Hizbullah tengah Berpikir untuk Kembali Melawan Israel

Irvan Sihombing
05/1/2025 16:27
Hizbullah tengah Berpikir untuk Kembali Melawan Israel
Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL).(Dok. Antara/Anadolu)

SEKRETARIS Jenderal Hizbullah, Naim Qassem, menyebut kesabaran kelompok perlawanan Libanon itu "mungkin habis" dan bisa saja mengambil tindakan terhadap Israel. Hal itu disampaikannya karena Israel dinilai terus melanggar perjanjian gencatan senjata.

"Kesabaran kami mungkin habis... dan ketika kami memutuskan untuk bertindak, Anda akan segera mengetahuinya,” kata Qassem dalam pidato yang disiarkan televisi pada Sabtu (4/1) waktu setempat.

Berdasarkan perjanjian, Israel harus menarik pasukannya secara bertahap di selatan Garis Biru, yang merupakan perbatasan de facto, sementara tentara Libanon harus dikerahkan ke selatan dalam waktu 60 hari.

Resolusi PBB 1701, yang diadopsi pada 11 Agustus 2006, menyerukan agar konflik bersenjata antara Hizbullah dan Israel sepenuhnya dihentikan. Resolusi itu juga menyerukan penetapan zona bebas senjata di antara Garis Biru dan Sungai Litani di Libanon selatan, kecuali bagi tentara Libanon dan UNIFIL.

Qassem mengatakan perjanjian gencatan senjata secara eksklusif berlaku untuk wilayah di selatan Sungai Litani, dan Libanon bertanggung jawab untuk memaksa Israel mematuhi perjanjian itu.

Lebih jauh ia menepis kritik terhadap sikap diam kelompok Hizbullah terhadap pelanggaran Israel tersebut. Menurut dia, keputusan untuk melawan Israel, termasuk senjata yang akan digunakan, berada di tangan pemimpin Hizbullah.

Data Kementerian Kesehatan Libanon menunjukkan bahwa sejak Israel menyerang Lebanon pada 8 Oktober 2023, sedikitnya 4.063 orang tewas, termasuk perempuan, anak-anak, dan petugas kesehatan, sedangkan 16.664 lainnya terluka.

Di sisi lain, Pasukan Sementara PBB di Libanon (UNIFIL) mengecam tindakan Israel yang menghancurkan menara pengawas milik tentara Libanon dan penghancuran tonggak yang menandai garis penarikan pasukan di antara kedua pihak yang bertikai.

Dalam pernyataan pada Sabtu, UNIFIL mengatakan pihaknya menyaksikan buldoser-buldoser Israel menghancurkan tonggak-tonggak berwarna biru yang menandai withdrawal line antara Israel dan Libanon di Labbouneh.

Israel juga menghancurkan menara pengawas milik Angkatan Bersenjata Lebanon yang berada dekat posisi UNIFIL.

Tindakan Israel tersebut memicu kecaman keras dari UNIFIL. Israel dinilai melanggar resolusi 1701 dan hukum internasional secara sengaja dengan menghancurkan properti UNIFIL, yang dapat dikenali dengan jelas, dan infrastruktur milik Angkatan Bersenjata Libanon.

"Kami menyerukan seluruh pihak untuk menghindari tindakan apa pun, termasuk penghancuran properti dan infrastruktur milik sipil, yang bisa membahayakan upaya untuk menghentikan pertikaian,” kata pasukan PBB itu. (Anadolu/Ant/P-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Irvan Sihombing
Berita Lainnya