Headline
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
PARA arkeolog dari Norwegian Institute for Cultural Heritage Research (NIKU) telah menemukan sesuatu yang menarik di Tønsberg, sebuah kota di Kabupaten Vestfold, Norwegia. Selama penggalian di sebuah pabrik tenun abad ke-13, mereka menemukan sebuah alat putaran benang yang terukir dengan simbol swastika.
Artefak yang terbuat dari batu pasir merah ini memiliki empat swastika: tiga menghadap ke kanan dan satu menghadap ke kiri. Alat ini ditemukan bersama dengan berbagai alat lain yang digunakan untuk memutar dan menenun, termasuk pemberat alat tenun, pelindung jari, dan bahkan sebuah benda tanduk yang dihias, yang mungkin merupakan bagian dari pedang tenun.
Alat putaran ini ditemukan di antara dua lapisan lantai bangunan yang diperkirakan oleh para arkeolog sebagai ruang tenun. Ruang ini kemungkinan digunakan untuk berbagai kegiatan kerajinan, dari memutar dan menjahit hingga menenun, meskipun tidak dalam skala besar atau profesional.
Hanne Ekstrøm Jordahl, arkeolog utama dan manajer proyek untuk penggalian ini, mengusulkan bahwa swastika tersebut dipahat pada Abad Pertengahan, bukan pada masa pendudukan Nazi tahun 1940-an, seperti yang mungkin diasumsikan karena asosiasi simbol tersebut dengan Nazisme saat ini.
"Konteks penemuan ini sangat jelas. Alat putaran ditemukan di antara dua lapisan lantai di sisa-sisa sebuah rumah dari abad ke-13. Swastika dipahat pada Abad Pertengahan," ujar Jordahl.
Swastika adalah simbol kuno yang tersebar luas, diketahui muncul dalam berbagai budaya di seluruh Eropa, Asia, dan Amerika selama ribuan tahun. Di Eropa, khususnya pada Zaman Besi dan Abad Pertengahan, simbol ini digunakan dalam berbagai bentuk sebagai elemen dekoratif, serta sebagai simbol keberuntungan dan energi matahari.
Di Norwegia, penggunaan swastika dapat ditelusuri hingga Zaman Besi, dengan contoh yang ditemukan pada berbagai benda, mulai dari gantungan emas hingga ukiran batu. Swastika kini lebih sering dikaitkan dengan ideologi Nazi dan konotasi negatif yang dibawanya, namun pada awalnya simbol ini dianggap sebagai simbol kemakmuran, keamanan, dan pergerakan siklik matahari.
Jordahl mencatat swastika relatif umum dalam arkeologi Norwegia, muncul pada artefak seperti brakteat emas dan tekstil dari Zaman Besi. Namun, kombinasi swastika dengan alat putaran benang ini tidak biasa.
"Sejauh ini, kami belum menemukan paralel swastika pada alat putaran benang lainnya," ujarnya. "Namun contoh swastika prasejarah di Norwegia tidaklah sulit ditemukan."
Simbolisme swastika dalam konteks alat putaran benang ini mungkin berkaitan dengan rotasi dan pergerakan siklik, konsep yang sangat melekat dalam budaya kuno Eropa. Dalam banyak budaya, lengan swastika, yang sering dikaitkan dengan sinar matahari, mewakili perjalanan waktu dan pergerakan benda-benda langit.
Menariknya, penemuan arkeologis seperti ini mengindikasikan swastika mungkin juga terkait dengan produksi tekstil itu sendiri. Memutar benang, menenun, dan menjahit merupakan komponen penting dalam kehidupan sehari-hari di Eropa abad pertengahan, dan swastika bisa saja digunakan untuk memunculkan makna yang menguntungkan terkait dengan kegiatan-kegiatan ini.
Penemuan di Tønsberg ini mengingatkan kita simbol-simbol dan benda-benda, yang dulunya bagian dari ritual kuno, dapat memperoleh makna baru dan mengungkapkan hubungan yang lebih dalam dengan sejarah bersama kita. (berita arkeologi/Z-3)
Menteri LH Hanif Faisol Nurofiq, mengunjungi Norwegia membawa misi untuk mempererat persaudaraan kedua negara dalam menghadapi tantangan perubahan iklim global.
Norwegia meluncurkan dana riset senilai 100 juta kroner (sekitar Rp140 miliar) untuk menarik peneliti internasional, yang menghadapi tekanan terhadap kebebasan akademik.
Arkeolog menemukan 41 kuburan anak-anak dari Zaman Perunggu dan Besi di Fredrikstad, Norwegia, yang ditandai dengan lingkaran batu misterius.
Kuburan para pemburu paus abad ke-17 dan ke-18 di Svalbard, Norwegia, menghadapi ancaman serius akibat perubahan iklim.
MENTERI Iklim dan Lingkungan Hidup Norwegia, Andreas Bjelland Eriksen, mengapresiasi upaya yang dilakukan pemerintah Indonesia dalam menjaga kelestarian hutan.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved