Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Warga Libanon Ragu Pulang ke Rumah Usai Gencatan Senjata Israel-Hizbullah

Ferdian Ananda Majni
28/11/2024 10:07
Warga Libanon Ragu Pulang ke Rumah Usai Gencatan Senjata Israel-Hizbullah
Warga Libanon kembali ke negaranya setelah Israel dan Hizbullah menyepakati gencatan senjata.(DOK BBC)

WARGA mulai kembali ke area selatan Libanon usai gencatan senjata antara Israel dan Hizbullah berlaku pada Rabu (27/11).

"Orang-orang yang mengungsi akibat pemboman Israel selama berminggu-minggu di pinggiran kota Beirut kembali ke lingkungan mereka yang hancur," kata laporan yang dilansir TRT World, Kamis (28/11).

Daerah pinggiran selatan ibu kota Libanon yang dahulu berpenduduk padat sebagian besar menjadi kosong karena pemboman rutin yang menargetkan daerah tersebut selama perang Israel di Libanon.

"Ketika gencatan senjata mulai berlaku, ribuan orang berbondong-bondong kembali ke lingkungan sekitar," tambah laporan tersebut.

Beberapa di antara mereka menangis saat melihat rumah dan tempat usaha mereka hancur, sementara yang lain menunggu ekskavator membersihkan puing-puing yang menghalangi akses tersebut.

Banyak desa, yang menjadi lokasi tujuan para penduduk yang kembali, telah hancur. Namun warga memilih tetap pulang karena tekanan keuangan, salah satunya tak mau membayar sewa tempat tinggal sebulan lagi.

Meskipun banyak yang kembali, sebagian warga masih merasa ragu untuk pulang ke rumah. Salah satu isi perjanjian gencatan senjata itu adalah Israel akan bertahap menarik pasukannya selama 60 hari saat tentara Libanon menguasai wilayah di dekat perbatasan dengan Israel. 

Keberadaan militer Libanon ini juga untuk memastikan Hizbullah tak membangun kembali infrastrukturnya di sana.

Perang meningkat pada September ketika Israel memperluas fokus agresi militernya dari Gaza hingga Libanon

Sementara Israel melakukan serangan di sekitar Libanon, serangan paling intens dalam perang tersebut terjadi di pinggiran selatan Beirut, yang sebagian besar masih berupa reruntuhan.

Di pinggiran selatan itulah pemimpin lama Hizbullah, Hassan Nasrallah, tewas dalam serangan besar-besaran pada 27 September.

“Kami kembali ke rumah pada pukul 02.00, tepat ketika gencatan senjata diberlakukan,” kata seorang warga bernama Fatima yang hanya menyebutkan nama depannya.

“Saya sedang mencari tempat di mana kami kehilangan jiwa kami,” kata Diala mengacu pada lokasi serangan mematikan tersebut.

“Saya langsung menuju ke sana dan tidak melihat apa pun," ujarnya.

Konflik yang dimulai pada Oktober 2023 menewaskan lebih dari 3.800 orang di Libanon, menurut kementerian kesehatan, sebagian besar terjadi sejak September.

Sepanjang perang, militer Israel memaksa evakuasi ke pinggiran selatan. (Z-6)

 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya