Lebih dari 2.000 Pengungsi Baru Rohingya Masuki Bangladesh

Wisnu Arto Subari
25/8/2024 22:14
Lebih dari 2.000 Pengungsi Baru Rohingya Masuki Bangladesh
Kamp pengungsi Rohingya.(Freepik)

LEBIH dari 2.000 pengungsi baru Rohingya memasuki Bangladesh sejak runtuhnya pemerintahan Sheikh Hasina pada 5 Agustus. Pergantian pemimpin itu menyebabkan beberapa personel Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) meninggalkan pos mereka karena takut akan pembalasan dari masyarakat.

Para pengungsi baru tersebut sebagian besar berlindung di tiga dari total 27 kamp, seperti dilaporkan Anadolu, menyusul keterangan para pemimpin dan pejabat komunitas pengungsi.

Pejabat BGB telah mengakui lonjakan signifikan jumlah pengungsi tetapi mengindikasikan bahwa mereka berupaya aktif untuk mencegah kedatangan pengungsi tambahan.

Baca juga : Dunia Abaikan Nasib Rohingya

"Kami telah menahan setidaknya dua puluhan pengungsi Rohingya baru hari ini," kata seorang komandan BGB, yang tidak ingin disebutkan namanya.

Puluhan tahanan tersebut ditahan di pos pemeriksaan sementara, menurut Anadolu, pada Sabtu (24/8).

Minggu (25/8) menandai peringatan tujuh tahun krisis Rohingya yang dimulai pada 25 Agustus 2017. Ketika itu sekitar satu juta pengungsi Rohingya melarikan diri ke Bangladesh untuk menghindari pembantaian yang dipimpin militer Myanmar.

Baca juga : Mantan PM Bangladesh Terjerat Kasus Kejahatan Kemanusiaan dan Genosida

Anadolu mengunjungi tiga kamp Rohingya pada Sabtu dan berbicara dengan sedikitnya 30 pengungsi baru yang tiba setelah 5 Agustus.

Di perbatasan timur Bangladesh, masuknya Tentara Arakan ke distrik Maungdaw telah memaksa ribuan warga Rohingya melarikan diri.

Laporan yang belum terverifikasi memperkirakan korban tewas sekitar 200 orang. Jika benar, itu akan menjadi salah satu serangan paling mematikan terhadap warga sipil dalam perang saudara Myanmar yang telah berlangsung tiga tahun yang dimulai setelah kudeta militer pada 2021.

Gerilyawan pro-demokrasi dan kelompok etnis bersenjata minoritas, termasuk Tentara Arakan, telah berjuang untuk menggulingkan penguasa militer yang mengambil alih kekuasaan dari pemerintahan terpilih Aung San Suu Kyi pada 2021. (Ant/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya