Headline
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Manggala Agni yang dibentuk 2002 kini tersebar di 34 daerah operasi di wilayah rawan karhutla Sumatra, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sejak era Edo (1603-1868), beras bagi Jepang sudah menjadi simbol kemakmuran.
PERUBAHAN Rusia menuju ekonomi perang sepenuhnya mendorong Barat untuk memperluas kebijakan sanksinya, termasuk dengan memberlakukan sanksi terhadap entitas pihak ketiga yang berdagang dengan Moskow, demikian disinyalir pejabat senior Gedung Putih, Selasa.
Daleep Singh, penasihat keamanan nasional Deputi untuk ekonomi internasional, mengatakan Amerika Serikat akan mempertimbangkan pengendalian ekspor untuk mencegah perdagangan Tiongkok-Rusia yang mengancam keamanan Amerika dan mengambil tindakan lebih lanjut untuk meningkatkan biaya Rusia menggunakan armada bayangan untuk menghindari batas harga minyak G7.
Otoritas AS juga dapat memperluas bahasa sanksi saat ini tentang fasilitasi keuangan, mengingat langkah-langkah Moskow untuk memindahkan ekonominya ke posisi perang, katanya.
Baca juga : AS 'Kipasi' Konflik Ukraina dengan Rp5.373 T di Tengah Usulan Damai Tiongkok
"Jika Rusia mengalihkan seluruh ekonominya ke posisi perang, apakah masuk akal untuk membatasi fasilitasi keuangan hanya pada segelintir sektor, atau pada sejumlah produk tertentu yang berasal dari AS ketika kita tahu transhipment adalah cara utama di mana Rusia terus menerima komponen-komponen kritis yang memberikannya keunggulan di medan perang di Ukraina? Menurut pendapat kami, itu akan menjadi kesalahan. Sudah saatnya untuk beradaptasi," ujar Singh di Institut Brookings, Washington.
Pernyataannya dianggap sebagai tanda AS bergerak mendukung sanksi sekunder, sebuah praktik di mana AS dapat menargetkan setiap entitas yang diketahui melakukan perdagangan dengan Rusia.
Sejak invasi Rusia hampir dua tahun lalu, AS telah memberlakukan ratusan sanksi terhadap perusahaan dan individu, tetapi hingga sekarang mereka belum melangkah jauh untuk menghukum bank dan lembaga keuangan yang bekerja dengan entitas yang dikenai sanksi.
Baca juga : Berharap Uang, AS Kadoi Ukrainia Sanksi Kepada Rusia
Singh juga mengatakan para pemimpin G7 pada sebuah pertemuan puncak bulan depan juga akan membahas rencana yang merupakan peluang terbaik untuk menutupi kesenjangan pendanaan Ukraina dengan mendukung proposal untuk memonetisasi sekitar US$300 miliar aset Rusia yang dibekukan, sebuah langkah yang katanya berisiko tetapi perlu.
Belum ada konsensus di antara negara-negara G7 untuk menyita semua US$350 miliar dari aset bank sentral Rusia, sebuah langkah yang dilihat sebagai garis merah bagi banyak mitra G7.
"Pertanyaannya secara strategis adalah: apakah Anda hanya menunggu dan berharap bahwa kita mendapatkan konsensus? Keyakinan kami adalah tidak, Anda tidak melakukannya ...
Baca juga : Biden Tegaskan Dukung ke Ukraina dan Memperingatkan Ancaman Kemenangan Putin
"Jika kita memiliki cara untuk bertindak dengan solidaritas, kecepatan, dan skala yang dapat diapresiasi - yang akan saya definisikan sebagai setidaknya US$50 miliar - itulah yang seharusnya Anda lakukan. Kami memiliki opsi di meja bagi para pemimpin G7 kami di Puglia untuk memungkinkan kita bertindak dengan tepat seperti itu," kata Singh.
Dia mengatakan penggunaan aset Rusia untuk mengumpulkan pinjaman senilai US$50 miliar layak dalam beberapa hal.
"Itu adalah dukungan keuangan yang diberikannya, dan sinyal yang dikirimkannya kepada Putin bahwa kami tidak akan lelah dan dia tidak akan bertahan lebih lama dari kita, terlepas dari apa yang terjadi dalam sisa tahun ini," katanya. (The Guardian/Z-3)
KETEGANGAN antara Amerika Serikat dan Rusia kembali meningkat dipicu oleh saling serang antara Presiden AS Donald Trump dan Wakil Ketua Dewan Keamanan Rusia, Dmitry Medvedev, di media sosial.
Jerman telah menjadi pemasok bantuan persenjataan terbesar kedua bagi Ukraina setelah Amerika Serikat.
Juru bicara utama Kremlin menegaskan ada atau tidaknya ancaman Trump, perang Rusia melawan Ukraina akan terus berlanjut.
Pemerintah Jepang hingga saat ini masih belum mengakhiri peringatan tsunami imbas gempa Rusia dengan magnitudo 8,8 yang terjadi pada Rabu, 30 Juli 2025.
GEMPA bumi berkekuatan magnitudo (M) 8,8 mengguncang Semenanjung Kamchatka, Rusia, dengan kedalaman 19 kilometer.
Presiden Donald Trump memberlakukan tarif sebesar 25% pada barang impor dari India, karena melakukan perdagangan dengan Rusia.
Pengungkapan kasus ini bermula dari informasi masyarakat yang mencurigai aktivitas di sebuah rumah kos di kawasan Pondok Aren, Tangerang Selatan
Sapto mengatakan, awalnya pihak berusaha menghubungi pemilik rumah namun tak membuahkan hasil. Begitu pula kepada para penyewa sebelumnya yang juga tidak kooperatif.
Pemerintah Kota Shanghai telah mengevakuasi hampir 283.000 warga pada Rabu (30/7) sebagai langkah antisipasi menghadapi Topan Co-May yang diperkirakan akan menghantam
TIONGKOK kini turut bersiaga menghadapi kemungkinan datangnya gelombang tsunami.
KESEPAKATAN damai antara Thailand dan Kamboja akhirnya tercapai dalam perundingan yang dimediasi oleh Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim.
TIONGKOK berharap prinsip timbal balik menjadi dasar dalam pembicaraan dagang dengan Amerika Serikat. Delegasi kedua negara kembali melakukan perundingan di Stockholm, Swedia, kemarin.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved