Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Hamas Sepakati Perjanjian Gencatan Senjata

Cahya Mulyana
07/5/2024 08:38
Hamas Sepakati Perjanjian Gencatan Senjata
Warga Palestina di Kota Rafah melakukan selebrasi usai mendengar Hamas menerima tawaran gencatan senjata yang dibuat Mesir dan Qatar.(AFP)

GERAKAN pembebasan Palestina di Jalur Gaza, Hamas, menerima proposal gencatan senjata buatan Mesir-Qatar, Senin (6/5). Hal itu dilakukan untuk menghentikan invasi Israel di Jalur Gaza, yang telah berlangsung selama tujuh bulan.

Persetujuan itu disampaikan hanya beberapa jam setelah Israel memerintahkan sekitar 100 ribu warga Palestina untuk mulai mengungsi dari Kota Rafah di bagian selatan, yang mengisyaratkan akan segera berlangsung invasi darat yang telah lama disampaikan Israel.

Belum ada komentar langsung dari Israel mengenai kesepakatan tersebut dan rincian dari proposal tersebut belum dirilis. Beberapa hari terakhir ini, para pejabat Mesir dan Hamas mengatakan gencatan senjata akan dilakukan dalam beberapa tahap.

Baca juga : Keraguan dan Ketidakpastian Nasib Gencatan Senjata di Gaza

Hamas akan membebaskan para sandera yang mereka tahan sebagai imbalan atas penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza. Belum jelas kesepakatan tersebut akan memenuhi tuntutan utama Hamas untuk mengakhiri perang dan penarikan pasukan Israel sepenuhnya.

Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan pemimpin tertinggi mereka, Ismail Haniyeh, telah menyampaikan berita tersebut saat berbicara melalui telepon dengan perdana menteri Qatar dan menteri intelijen Mesir. 

Setelah pernyataan tersebut dirilis, warga Palestina bersorak-sorai di tenda-tenda pengungsian di sekitar Kota Rafah, berharap kesepakatan itu mencegah ofensif Israel ke kota itu.

Baca juga : 6 Bulan Perang Israel-Hamas, Perdamaian di Jalur Gaza Kian Sulit Tercapai

Sekutu terdekat Israel, termasuk Amerika Serikat (AS), telah berulang kali mengatakan bahwa Israel seharusnya tidak menyerang Rafah. Rencana serangan Israel itu telah meningkatkan kekhawatiran dunia atas nasib sekitar 1,4 juta warga Palestina yang berlindung di sana.

Badan-badan bantuan PBB telah memperingatkan bahwa serangan akan memperburuk bencana kemanusiaan di Jalur Gaza dan meningkatkan kematian warga sipil. Perang Israel-Hamas selama hampir tujuh bulan telah menewaskan lebih dari 34 ribu orang dan menghancurkan wilayah tersebut.

Presiden AS Joe Biden berbicara melalui telpon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Senin (6/5). Dia menegaskan kembali keprihatinan AS tentang invasi Israel di Rafah.

Baca juga : Israel-Hamas Siap Berunding kembali, PBB Ingatkan Kelaparan di Gaza

Seorang juru bicara dewan keamanan nasional AS yang tidak mau disebutkan namanya untuk membahas pembicaraan tersebut sebelum pernyataan resmi dari Gedung Putih dikeluarkan, mengatakan, dalam pembicaraan itu, Biden menekankan gencatan senjata dengan Hamas adalah cara terbaik untuk melindungi nyawa para sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza.

Hamas dan mediator utama Qatar mengatakan menyerang Rafah akan menggagalkan upaya mediator internasional untuk menengahi gencatan senjata.

Beberapa hari sebelumnya, Hamas telah mendiskusikan sebuah proposal yang didukung AS yang dilaporkan telah meningkatkan kemungkinan berakhirnya perang dan penarikan mundur pasukan Israel, dengan imbalan pembebasan semua sandera yang ditahan oleh kelompok tersebut. 

Para pejabat Israel telah menolak tawaran tersebut dan bersumpah untuk melanjutkan kampanye mereka hingga Hamas dihancurkan.

Netanyahu mengatakan merebut Rafah, yang menurut Israel merupakan benteng Hamas terakhir yang signifikan di Jalur Gaza, sangat penting untuk memastikan bahwa para militan tidak dapat membangun kembali kemampuan militer mereka dan mengulangi serangan ke selatan Israel pada 7 Oktober lalu yang memicu perang panjang ini. (VoA/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya