Headline
RI dan Uni Eropa menyepakati seluruh poin perjanjian
Indonesia memiliki banyak potensi dan kekuatan sebagai daya tawar dalam negosiasi.
GERAKAN pembebasan Palestina di Jalur Gaza, Hamas, menerima proposal gencatan senjata buatan Mesir-Qatar, Senin (6/5). Hal itu dilakukan untuk menghentikan invasi Israel di Jalur Gaza, yang telah berlangsung selama tujuh bulan.
Persetujuan itu disampaikan hanya beberapa jam setelah Israel memerintahkan sekitar 100 ribu warga Palestina untuk mulai mengungsi dari Kota Rafah di bagian selatan, yang mengisyaratkan akan segera berlangsung invasi darat yang telah lama disampaikan Israel.
Belum ada komentar langsung dari Israel mengenai kesepakatan tersebut dan rincian dari proposal tersebut belum dirilis. Beberapa hari terakhir ini, para pejabat Mesir dan Hamas mengatakan gencatan senjata akan dilakukan dalam beberapa tahap.
Baca juga : Keraguan dan Ketidakpastian Nasib Gencatan Senjata di Gaza
Hamas akan membebaskan para sandera yang mereka tahan sebagai imbalan atas penarikan pasukan Israel dari Jalur Gaza. Belum jelas kesepakatan tersebut akan memenuhi tuntutan utama Hamas untuk mengakhiri perang dan penarikan pasukan Israel sepenuhnya.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan pemimpin tertinggi mereka, Ismail Haniyeh, telah menyampaikan berita tersebut saat berbicara melalui telepon dengan perdana menteri Qatar dan menteri intelijen Mesir.
Setelah pernyataan tersebut dirilis, warga Palestina bersorak-sorai di tenda-tenda pengungsian di sekitar Kota Rafah, berharap kesepakatan itu mencegah ofensif Israel ke kota itu.
Baca juga : 6 Bulan Perang Israel-Hamas, Perdamaian di Jalur Gaza Kian Sulit Tercapai
Sekutu terdekat Israel, termasuk Amerika Serikat (AS), telah berulang kali mengatakan bahwa Israel seharusnya tidak menyerang Rafah. Rencana serangan Israel itu telah meningkatkan kekhawatiran dunia atas nasib sekitar 1,4 juta warga Palestina yang berlindung di sana.
Badan-badan bantuan PBB telah memperingatkan bahwa serangan akan memperburuk bencana kemanusiaan di Jalur Gaza dan meningkatkan kematian warga sipil. Perang Israel-Hamas selama hampir tujuh bulan telah menewaskan lebih dari 34 ribu orang dan menghancurkan wilayah tersebut.
Presiden AS Joe Biden berbicara melalui telpon dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Senin (6/5). Dia menegaskan kembali keprihatinan AS tentang invasi Israel di Rafah.
Baca juga : Israel-Hamas Siap Berunding kembali, PBB Ingatkan Kelaparan di Gaza
Seorang juru bicara dewan keamanan nasional AS yang tidak mau disebutkan namanya untuk membahas pembicaraan tersebut sebelum pernyataan resmi dari Gedung Putih dikeluarkan, mengatakan, dalam pembicaraan itu, Biden menekankan gencatan senjata dengan Hamas adalah cara terbaik untuk melindungi nyawa para sandera Israel yang ditahan di Jalur Gaza.
Hamas dan mediator utama Qatar mengatakan menyerang Rafah akan menggagalkan upaya mediator internasional untuk menengahi gencatan senjata.
Beberapa hari sebelumnya, Hamas telah mendiskusikan sebuah proposal yang didukung AS yang dilaporkan telah meningkatkan kemungkinan berakhirnya perang dan penarikan mundur pasukan Israel, dengan imbalan pembebasan semua sandera yang ditahan oleh kelompok tersebut.
Para pejabat Israel telah menolak tawaran tersebut dan bersumpah untuk melanjutkan kampanye mereka hingga Hamas dihancurkan.
Netanyahu mengatakan merebut Rafah, yang menurut Israel merupakan benteng Hamas terakhir yang signifikan di Jalur Gaza, sangat penting untuk memastikan bahwa para militan tidak dapat membangun kembali kemampuan militer mereka dan mengulangi serangan ke selatan Israel pada 7 Oktober lalu yang memicu perang panjang ini. (VoA/Z-1)
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) memperingatkan bahwa kelangkaan bahan bakar di Jalur Gaza akibat blokade Israel semakin mendekati titik krisis.
Teranyar, seorang pria Palestina-AS, Saif al-Din Kamil Abdul Karim Musalat, tewas dalam serangan pemukim ilegal Israel di Tepi Barat yang diduduki.
PERUNDINGAN gencatan senjata Jalur Gaza berada di ujung tanduk. Soalnya, Hamas dan Israel pada Sabtu (12/7) saling menuduh pihak lain menghalangi upaya mencapai kesepakatan.
Tekad para pendiri bangsa waktu itu bukan tekad kaleng-kaleng. Dan para pemuda hari ini, punya tanggung jawab untuk menjaganya tetap hidup.
SEDIKITNYA 798 warga Palestina tewas oleh pasukan militer Israel selagi mereka mengakses bantuan kemanusiaan di Gaza sejak akhir Mei 2025.
LAPORAN baru dari Israel menuduh Hamas menggunakan kekerasan seksual sebagai senjata perang selama serangan 7 Oktober. Namun, seorang pejabat tinggi PBB membantahnya.
ISU Presiden AS Donald Trump diusulkan PM Israel Benjamin Netanyahu layak menerima Nobel Perdamaian Dunia memicu perdebatan.
Sedikitnya 24 orang tewas di Gaza selatan saat antre bantuan, di tengah tuduhan pasukan Israel menembaki warga sipil. IDF membantah.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved