Headline
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.
Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.
KEBEBASAN akademis menurun secara global akibat peningkatan intervensi politik. Sejumlah peneliti yang berseberangan dengan penguasa seperti di India, Tiongkok dan Rusia yang berujung penjara dan ancaman.
"Hanya satu dari tiga orang yang tinggal di negara yang menjamin kemandirian universitas dan penelitian," menurut hasil penelitian mengenai indeks kebebasan akademis tahunan dunia yang dirilis V-Dem Institute di Universitas Gothenburg, Swedia, seperti dilansir dari AFP, Kamis (4/4).
Penelitian ini memperingatkan bahwa kebebasan akademis sedang menurun di seluruh dunia, khususnya di Rusia, Tiongkok, dan India. Serangan terhadap kebebasan berekspresi, intervensi politik yang mencengkram universitas-universitas, dan pemenjaraan para peneliti hanyalah beberapa contoh dari penurunan kebebasan akademis.
Baca juga : Tiongkok dan India Sambut Kemenangan Vladimir Putin
Indeks ini disusun berdasarkan masukan dari lebih dari 2.300 ahli di 179 negara yang diterbitkan bulan lalu. Ini sebagai bagian dari laporan tentang demokrasi oleh V-Dem Institute di Universitas Gothenburg, Swedia.
Laporan ini mengukur perubahan dalam pendidikan tinggi dan penelitian selama setengah abad terakhir dengan melihat lima indikator berbeda. Itu meliputi kebebasan penelitian dan pengajaran, pertukaran akademik, ekspresi akademik dan budaya, otonomi kelembagaan dan integritas kampus.
Profesor di Universitas Erlangen-Nuremberg Jerman, Katrin Kinzelbach mengatakan bahwa 171 negara telah meratifikasi perjanjian hak asasi manusia yang mengikat mereka untuk menghormati kebebasan penelitian ilmiah. "Hanya satu dari tiga orang di dunia yang tinggal di negara di mana penelitian dan pendidikan tinggi memiliki tingkat kebebasan yang tinggi,” ujarnya.
Baca juga : Argentina Batal Gabung BRICS
Menurut Kinzelbach yang menjadi salah satu penyelenggara indeks tersebut mempertimbangkan pertumbuhan populasi dunia, proporsi orang yang tinggal di negara-negara dengan kebebasan akademis sebanding dengan 1973.
“Sekarang, 45,5% populasi dunia, 3,6 miliar orang yang tinggal di 27 negara di mana kebebasan akademis sangat dibatasi,” kata laporan itu.
Penurunan yang signifikan terutama terlihat di India, Tiongkok dan Rusia. Ketiganya merupakan negara dengan jumlah penduduk terbesar pertama, kedua dan kesembilan. Menurut Kinzelbach kondisi di tiga negara itu menunjukkan otokratisasi.
Baca juga : BRICS Gelar Pertemuan Dadakan demi Gaza
“Kebebasan akademis telah menurun drastis di India sejak Perdana Menteri Narendra Modi mengambil alih kekuasaan pada 2014," katanya.
Kinzelbach mengutip pernyataan akademisi Inggris-India Nitasha Kaul, seorang profesor politik di Universitas Westminster di Inggris yang ditolak masuk ke India untuk menghadiri konferensi bulan lalu.
"Di Rusia dan Tiongkok, kebebasan akademis tidak pernah bagus, dan kini telah memburuk dari buruk menjadi lebih buruk,” kata Kinzelbach.
Baca juga : Tiongkok dan Pakistan Latihan Militer bersama di Laut Arab
Mungkin yang lebih mengejutkan, indeks tersebut menemukan bahwa kebebasan akademik juga telah menurun di Amerika Serikat (AS) sejak 2019, yang oleh Kinzelbach disebut sebagai kejutan bagi banyak akademisi.
Dia menekankan bahwa masyarakat dan sistem politik di AS sangat terpolarisasi. "Kampus-kampus universitas telah menjadi arena di mana polarisasi ini terjadi,” katanya.
Ia menyerukan perdebatan yang tenang dan berdasarkan bukti di kampus termasuk mengenai isu-isu yang sangat memecah belah. Menurut indeks tersebut, sebagian besar negara di Eropa mempunyai kebebasan akademik yang sangat tinggi, dengan Hongaria yang mempunyai tingkat kebebasan akademik terendah, diikuti oleh Polandia.
Namun Kinzelbach mengatakan skor Polandia kemungkinan akan membaik di bawah pemerintahan baru Perdana Menteri Donald Tusk. (AFP/Cah/Z-7)
RENCANA besar Israel seperti The Yinon Plan menunjukkan bahwa melemahnya negara-negara sekitar Israel, termasuk Iran, menjadi bagian dari strategi untuk memperkuat posisi Negeri Zionis.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih absen dari KTT G7 dan melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan.
PRESIDEN Prabowo Subianto lebih memilih untuk melakukan kunjungan kenegaraan ke Federasi Rusia pekan depan dan bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin
SEBUAH jet tempur F-16 milik Ukraina yang baru-baru ini dikirimkan oleh negara-negara Barat, dilaporkan telah berhasil menembak jatuh pesawat tempur Rusia, Sukhoi Su-35.
ANGKATAN Udara Ukraina mengeklaim telah menembak jatuh satu unit jet tempur canggih milik Rusia, Sukhoi Su-35, di wilayah Kursk pada Sabtu (7/6) waktu setempat.
Rusia menyatakan siap memberikan suaka politik kepada Elon Musk di tengah ketegangan dengan Donald Trump.
KETUA DPR RI Puan Maharani meminta pemerintah proaktif dan menyiapkan strategi menghadapi fenomena pemutusan hubungan kerja (PHK) yang semakin mengkhawatirkan
Rocky Gerung mengatakan bahwa momentum 27 tahun Reformasi bukan sekadar untuk diperingati, melainkan untuk diulangi dalam konteks perombakan struktur politik dan ekonomi Indonesia.
Platform Bijak Memantau resmi diluncurkan pada Selasa (20/5). Platform terseubut dimaksudkan sebagai ruang untuk menavigasi isu kebijakan, dan memantau proses legislasi.
Reformasi yang sudah susah payah dicapai Indonesia pasca 32 tahun Soeharto berkuasa, kini dipaksa putar balik kembali.
DUKUNGAN untuk meningkatkan keterwakilan perempuan pada sektor politik harus konsisten diperkuat demi mewujudkan nilai-nilai kesetaraan dalam setiap kebijakan yang diterapkan.
Kunjungan Didit Prabowo ke kediaman Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat Hari Raya Idul Fitri 2025, Senin (31/3), merupakan potret dari politik silaturahmi.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved