Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron mendapatkan kecaman dari sekutu di Eropa karena pernyataannya mengenai pengirimannya pasukan ke Ukraina. Rusia juga mengkritiknya.
"Segala sesuatu yang diperlukan harus dilakukan untuk memastikan kekalahan Rusia, termasuk mengerahkan pasukan," katanya setelah konferensi bersama para pemimpin Eropa, Senin (26/2).
Macron melangsungkan pertemuan dengan para pemimpin negara-negara sekutu Ukraina di Paris, yang membahas bantuan militer. Kremlin memperingatkan keniscayaan konfrontasi antara NATO dan Rusia jika pasukan dari aliansi tersebut dikerahkan dalam konflik tersebut.
Baca juga : Presiden Prancis Emmanuel Macron Buka Kemungkinan Pengiriman Pasukan Darat Barat untuk Ukraina
Macron mengatakan tidak ada konsensus mengenai pengiriman pasukan darat negara-negara Barat ke Ukraina. Tetapi kemungkinan itu tidak bisa dikesampingkan.
Macron mengatakan kekalahan Rusia sangat penting untuk menjamin keamanan dan stabilitas di Eropa. "Kami akan melakukan apa pun untuk memastikan bahwa Rusia tidak dapat memenangkan perang ini,” tambah Macron.
Perdana Menteri Slovakia Robert Fico, yang dituduh para kritikus terlalu nyaman dengan Moskow, mengatakan setelah pertemuan tersebut ada perpecahan mengenai masalah ini di antara para pemimpin Eropa.
Baca juga : Zelensky Tandatangani Kesepakatan "Bersejarah" dengan Prancis Setelah Kesepakatan Jerman
“Ada negara-negara yang siap mengirim tentaranya ke Ukraina, ada negara-negara yang mengatakan tidak akan pernah dan Slovakia termasuk di antara mereka juga ada negara-negara yang mengatakan bahwa proposal ini harus dipertimbangkan,” katanya.
Perdana Menteri Ulf Kristersson dari Swedia, yang akan bergabung dengan NATO, menolak gagasan tersebut. Dia mengatakan wacana tersebut sama sekali tidak diperlukan untuk saat ini.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dalam pesan singkatnya di X, pihaknya sepakat bahwa setiap negara sekutu harus berbuat lebih banyak untuk Ukraina. Kyiv membutuhkan senjata, amunisi dan pertahanan udara .
Baca juga : Zelensky Akan Menandatangani Pakta Keamanan dengan Jerman dan Prancis
"Kami sedang mengusahakannya. Jelas tidak akan ada darat pasukan dari negara-negara Eropa atau NATO," jelasnya.
Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, jika pasukan NATO muncul di Ukraina berarti harus siap menghadapi konfrontasi yang tidak dapat dihindari dari Rusia.
“Ini sama sekali bukan kepentingan negara-negara ini, mereka harus menyadari hal ini,” tambahnya.
Baca juga : Erdogan Dihujani Selamat oleh Putin hingga Biden
Seorang pejabat NATO, yang berbicara tanpa menyebut nama, menekankan tidak ada rencana untuk mengerahkan pasukan tempur NATO di Ukraina. Pemerintah Italia mengatakan dukungan untuk Ukraina tidak termasuk pengiriman pasukan.
“Ketika kita berbicara tentang pengiriman pasukan, kita harus sangat berhati-hati karena kita tidak boleh membuat orang berpikir kita sedang berperang dengan Rusia. Kami tidak berperang dengan Rusia,” kata Menteri Luar Negeri Italia Antonio Tajani.
Namun Inggris mengeluarkan reaksi yang lebih hati-hati, dengan juru bicara Perdana Menteri Rishi Sunak mengatakan tidak ada rencana untuk pengerahan pasukan skala besar ke Ukraina.
Baca juga : Macron Berharap pada Xi Jinping, Cari Solusi Agresi Rusia ke Ukraina
Pasukan Barat yang dikirim ke Ukraina tidak akan memiliki mandat untuk melawan pasukan Rusia. Mereka akan bekerja berdasarkan prioritas yang digariskan Macron dalam konferensi persnya, termasuk penghapusan ranjau, mengamankan negara-negara tetangga seperti Moldova, dan menggagalkan serangan siber.
“Kami tidak berbicara tentang tentara di garis depan, dalam pertempuran, tetapi tentang aktivitas spesifik, jauh dari garis depan,” kata Rym Momtaz, konsultan peneliti di Institut Internasional untuk Studi Strategis (IISS).
Namun di parlemen, Macron mendapat kecaman dari tokoh sayap kanan Marine Le Pen yang menuduhnya mengambil langkah lebih lanjut menuju sikap berperang, yang menimbulkan risiko besar bagi 70 juta rakyat Prancis.
Baca juga : Macron: Perkuat Ukraina dapat Mendorong Rusia ke Meja Perundingan
Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne mengatakan kepada anggota parlemen bahwa meskipun tindakan baru untuk mendukung Ukraina. Itu seperti penghapusan ranjau dan produksi senjata memerlukan kehadiran militer di wilayah Ukraina, hal ini tidak akan mematahkan ambang batas permusuhan.
Ada keraguan yang semakin besar mengenai kelangsungan dukungan jangka panjang AS untuk Ukraina ketika paket bantuan baru kesulitan mendapatkan persetujuan legislatif dan Donald Trump, yang telah mengindikasikan penolakan terhadap dukungan lebih lanjut untuk Kyiv, berencana untuk kembali menjadi presiden dalam pemilu tahun ini.
“Masa depan kita, masa depan Eropa lah yang dipertaruhkan. Kita harus mempunyai kemungkinan untuk hidup tanpa (Amerika Serikat), bukan karena pembangkangan, pesimisme, atau ketakutan, tetapi karena hal itu bergantung pada kita,” kata Macron. (AFP/Z-3)
Prancis menegaskan dukungannya terhadap pembentukan misi stabilisasi internasional sementara yang bertujuan memastikan keamanan bagi warga Israel dan Palestina.
HAMPIR dua tahun sejak pecahnya perang antara Israel dan Hamas, dengan korban jiwa di Jalur Gaza melampaui 60.000 orang, dukungan global untuk pengakuan negara Palestina semakin menguat.
PRANCIS, Jumat (8/8), mengutuk rencana Israel untuk menduduki Jalur Gaza, Palestina, dan menegaskan kembali penentangan tegasnya terhadap rencana tersebut.
Kawasan bukit Corbières di Prancis selatan terbakar. Sekitar 8.000 lahan dilalap api, menutup akses jalan tol, dan melukai dua orang.
DUNIA semakin bersatu untuk mendukung perjuangan kemerdekaan Palestina, terutama dari negara Barat.
Syahganda berpendapat langkah tegas Macron dan Starmer itu harus apresiasi, dan Presiden Prabowo Subianto perlu mengekspresikan penghargaan positif itu secara terbuka.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menegaskan tidak akan menyerahkan wilayah negaranya.
Cara terbaik untuk mengakhiri perang yang mengerikan antara Rusia dan Ukraina adalah melalui “Kesepakatan Perdamaian” yang komprehensif.
Trump mendukung rencana Putin untuk mengakhiri perang di Ukraina dengan menyerahkan wilayah yang belum ditaklukkan kepada Rusia.
Trump dan Putin menunjukkan sikap optimistis usai melangsungkan pertemuan tertutup selama lebih dari tiga jam.
Presiden Rusia Vladimir Putin menilai perang Ukraina bisa dihindari jika Donald Trump menjabat pada 2022.
Donald Trump dan Vladimir Putin bertemu untuk membhasa mengakhiri perang di Ukraina.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved