Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
Pasukan Israel menembaki tempat perlindungan terakhir warga Gaza di Rafah yang berbatasan dengan Mesir pada Jumat (2/2). Ratusan ribu orang, terkurung di daerah itu dengan tanpa jaminan keamanan. Lebih dari separuh dari 2,3 juta penduduk Gaza kini kehilangan tempat tinggal dan berdesakan di Rafah.
"Jika tank-tank Israel terus berdatangan, kita akan mempunyai dua pilihan tetap tinggal dan mati atau memanjat tembok ke Mesir," kata Emad, 55, seorang pengusaha asal Jalur Gaza.
Ia mengatakan sebagian besar penduduk Gaza berada di Rafah. Jika tank menyerbu masuk, maka akan terjadi pembantaian yang belum pernah terjadi sebelumnya selama perang ini.
Baca juga : Temui Korban Gaza Palestina, Utusan PBB: Saya Hancur
Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant mengatakan pasukannya akan menargetkan Rafah, salah satu dari sedikit daerah yang belum dikuasai dalam serangan yang telah berlangsung hampir empat bulan ini.
Sebagai satu-satunya wilayah Gaza yang memiliki akses terhadap makanan terbatas dan bantuan medis yang mengalir melintasi perbatasan, Rafah dan wilayah sekitar Khan Younis telah ditempati tenda-tenda pengungsian.
"Apa yang harus kami lakukan? Kami hidup dalam berbagai kesengsaraan, perang, kelaparan, dan sekarang hujan," kata Um Badri, ibu lima anak dari Kota Gaza, yang kini tinggal di sebuah tenda di Khan Younis.
Baca juga : Genosida Gaza Hari ke-27, 9.061 Warga Terbunuh, 20.000 Korban Luka Terjebak
Dulu, kata dia, musim dingin selalu dirindukan untuk menikmati hujan dari balkon rumah. "Sekarang, rumah kami sudah tidak ada, dan air hujan telah membanjiri tenda tempat kami berada,” jelasnya.
Karena sebagian besar layanan telepon tidak tersedia di seluruh Gaza, warga memanjat tanggul berpasir yang menjadi pembatas wilayah terjajah sejak 1948 dengan negara merdeka.
PBB mengatakan tim penyelamat tidak lagi dapat menjangkau orang-orang yang sakit dan terluka di medan perang di Khan Younis. Penghancuran Rafah pun akan semakin mengenaskan.
Baca juga : Soal UNRWA, Rusia Minta PBB Buktikan Israel Benar atau Bohong
“Rafah adalah titik terbawah dari keputusasaan, dan kami mengkhawatirkan apa yang akan terjadi selanjutnya,” kata Jens Laerke dari Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB dalam sebuah pengarahan di Jenewa, Swiss.
Perang Gaza dipicu oleh pejuang dari kelompok militan Hamas yang menguasai Gaza yang menyerbu pagar perbatasan ke Israel pada 7 Oktober, menewaskan 1.200 orang dan menyandera 253 orang, menurut penghitungan Israel.
Sejak itu, otoritas kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 27 ribu warga Palestina dipastikan tewas, 112 di antaranya tewas dalam 24 jam terakhir, dan ribuan jenazah lainnya dikhawatirkan hilang di tengah reruntuhan.
Baca juga : Indonesia Kecewa Para Donor UNRWA Hentikan Pendanaan karena Klaim Sepihak Israel
Citra dari Pusat Satelit PBB menunjukkan bahwa 30% bangunan di Gaza juga telah hancur atau rusak akibat serangan Israel.
(CNA)
Prancis akan menjadi kekuatan Eropa paling signifikan yang mengakui negara Palestina dan yang pertama di antara negara-negara demokrasi kaya G7 yang melakukannya.
PEMERINTAH Indonesia menyatakan dukungannya terhadap keputusan Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyatakan niat untuk mengakui Negara Palestina.
PERDANA Menteri Kanada Mark Carney mengumumkan bahwa negaranya berencana untuk mengakui Negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
Prancis jadi negara berkekuatan besar pertama di Eropa yang menyatakan secara terbuka niatnya mengakui Palestina.
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia kembali menekankan pentingnya rencana politik yang adil dan menyeluruh dengan solusi dua negara, Israel dan Palestina.
PEMERINTAH Tiongkok mendukung rencana Prancis untuk menyampaikan pengakuan atas kedaulatan Palestina dalam sidang Majelis Umum PBB pada September 2025.
UNRWA menyoroti sistem distribusi bantuan yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” (GHF), yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.
Sistem distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat ini lebih melayani kepentingan militer dan politik dibandingkan kebutuhan rakyat sipil.
WFP PBB mengatakan hampir sepertiga penduduk Gaza harus menahan lapas.
Donald Trump mengisyaratkan dukungan untuk eskalasi militer Israel di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved