Headline
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
Setelah menjadi ketua RT, Kartinus melakukan terobosan dengan pelayanan berbasis digital.
F-35 dan F-16 menjatuhkan sekitar 85 ribu ton bom di Palestina.
KELUARGA tawanan Israel di Jalur Gaza, Palestina, mengatakan mereka telah kehilangan kepercayaan pada pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Pasalnya, tuntutan pembebasan sandera yang ditahan Hamas di Gaza diabaikan Netanyahu.
Bahkan, para sandera telah dibunuh secara terang-terangan oleh serdadu Israel di bawah kendali Netanyahu. Lembaga penyiaran publik Israel, KAN, mengutip keluarga-keluarga yang menekankan bahwa mereka akan melaksanakan inisiatif mereka sendiri.
Namun, mereka tidak merinci bentuknya. KAN mengutip salah satu keluarga sandera yang mengatakan, "Setiap penundaan dalam negosiasi akan membahayakan nyawa mereka (tawanan Israel di Gaza)," katanya.
Baca juga: Kemenlu Bantah Kabar Indonesia Seret Israel ke Mahkamah Internasional.
Sementara itu, KAN melaporkan bahwa puluhan keluarga pada Jumat (18/1) malam menuju ke rumah Netanyahu di Kaisarea di Israel utara, untuk menekannya agar membebaskan para tawanan.Mantan Kepala Badan Intelijen Israel (Mossad) Tamir Pardo turut menyerukan pemerintah mengambil langkah-langkah untuk membebaskan para tawanan.
Dia mengatakan kepada KAN bahwa mengakhiri perang melawan Gaza dengan terbunuhnya para tawanan berarti Israel kalah untuk pertama kali. Ia juga menekankan perlu memperbaiki pendekatan pemerintah yang menelantarkan warganya.
Hamas telah menahan 136 warga Israel di Gaza sejak 7 Oktober. Sebanyak 25 di antara tawanan itu tewas oleh serangan Israel.
Baca juga: Israel Terus Bombardir Gaza di Tengah Silang Pendapat dengan AS
Kelompok perlawanan Palestina menuntut gencatan senjata di Gaza dan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel sebagai imbalan atas pembebasan tahanan Israel di tahanannya. Israel telah melancarkan serangan udara dan darat tanpa henti di Jalur Gaza sejak serangan lintas batas oleh Hamas yang menurut Tel Aviv menewaskan 1.200 orang.
Setidaknya 24.762 warga Palestina telah terbunuh, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan 62.108 orang terluka, menurut otoritas kesehatan Palestina. Serangan Israel telah menyebabkan 85% penduduk Gaza menjadi pengungsi di tengah kekurangan makanan, air bersih, dan obat-obatan. Sekitar 60% infrastruktur di wilayah kantong tersebut rusak atau hancur, menurut PBB. (Anadolu/Z-2)
PERDANA Menteri Kanada Mark Carney mengumumkan bahwa negaranya berencana untuk mengakui Negara Palestina di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).
KEMENTERIAN Luar Negeri (Kemenlu) Republik Indonesia kembali menekankan pentingnya rencana politik yang adil dan menyeluruh dengan solusi dua negara, Israel dan Palestina.
PEMERINTAH Tiongkok mendukung rencana Prancis untuk menyampaikan pengakuan atas kedaulatan Palestina dalam sidang Majelis Umum PBB pada September 2025.
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron mengumumkan negaranya akan secara resmi mengakui Negara Palestina dalam Sidang Majelis Umum PBB pada September.
Indonesia mengutuk keras tindakan sepihak Zionis Israel untuk memaksakan kedaulatan terhadap wilayah Tepi Barat yang mereka jajah sebagaimana yang disetujui parlemen Israel itu.
SELAMA 21 bulan genosida di Jalur Gaza, Palestina, sekitar 70 persen infrastruktur hancur, menyisakan wilayah tersebut tertimbun jutaan ton puing dan tenggelam dalam gelap.
ISRAEL menyatakan akan membuka jalur udara bagi negara-negara asing yang ingin mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza dalam beberapa hari ke depan.
MILITER Israel mengumumkan bahwa bantuan akan mulai dikirim melalui udara ke Gaza, atas permintaan dari negara tetangga, Yordania.
MILITER Israel mengumumkan bahwa pengiriman bantuan kemanusiaan melalui udara ke Jalur Gaza akan dimulai pada Sabtu (26/7) malam.
Kepala Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) menyebut pengiriman bantuan melalui udara tidak akan membalikkan kelaparan yang semakin parah di Jalur Gaza.
UNRWA menyoroti sistem distribusi bantuan yang dikenal sebagai “Yayasan Kemanusiaan Gaza” (GHF), yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat.
Sistem distribusi bantuan yang didukung oleh Israel dan Amerika Serikat ini lebih melayani kepentingan militer dan politik dibandingkan kebutuhan rakyat sipil.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved