Headline

Tidak ada solusi militer yang bisa atasi konflik Israel-Iran.

Fokus

Para pelaku usaha logistik baik domestik maupun internasional khawatir peningkatan konflik Timur Tengah.

ISIS Rilis Serangan Maut di Suriah setelah Irak, Afghanistan, Iran

Wisnu Arto Subari
09/1/2024 20:11
ISIS Rilis Serangan Maut di Suriah setelah Irak, Afghanistan, Iran
Seorang anak dengan mainan dinosaurusnya di Camp Roj, tempat kerabat orang-orang yang diduga anggota ISIS ditahan, Hasakah, Suriah.(AFP/Delil Souleiman.)

SERANGAN kelompok ISIS menewaskan sedikitnya 14 tentara di dalam bus militer di gurun Suriah pada Selasa (9/1). Ini dikatakan seorang pemantau perang. Serangan itu merupakan yang kedua tahun ini.

"Setidaknya 14 anggota pasukan rezim tewas," dan beberapa lain terluka, "Dalam serangan berdarah ISIS terhadap bus militer," di gurun dekat kota kuno Palmyra, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia.  Pekan lalu, ISIS membunuh sembilan tentara pemerintah Suriah dan milisi dalam serangan terhadap pos militer di gurun timur, menurut lembaga pengawas yang berbasis di Inggris itu.

Kelompok jihad itu terus melancarkan serangan terhadap pasukan dan sasaran pemerintah lain dari tempat persembunyian di gurun pasir tempat para pejuangnya berkumpul kembali setelah kehilangan wilayah terakhir mereka di Suriah pada Maret 2019. Lebih dari setengah juta orang tewas dalam perang saudara yang meletus di Suriah pada 2011 setelah Damaskus secara brutal menekan protes antipemerintah.

Serangan ISIS di Irak menewaskan dua pejuang pro-Iran

Sebelumnya, dua pejuang dari aliansi Hashed al-Shaabi Irak tewas dalam serangan yang diklaim dilakukan oleh kelompok Negara Islam (ISIS). Ini disampaikan kelompok Hashed yang pro-Iran dan sumber keamanan Irak pada Minggu (7/1).

Baca juga: ISIS Klaim sebagai Dalang Bom Bus di Kabul Afganistan

Kedua pejuang tersebut, "Tewas setelah terluka ketika mereka menghadapi serangan," oleh kelompok jihad pada Sabtu (6/1) malam di provinsi Salaheddin di utara Baghdad. Demikian Hashed dalam pernyataan yang disiarkan oleh media pemerintah Irak.

Seorang sumber keamanan, yang berbicara kepada AFP tanpa menyebut nama, mengonfirmasi jumlah korban tewas dan mengatakan bahwa ISIS menyerang, "Pos (militer) Hash pada Sabtu malam," di daerah Al-Zarka di utara provinsi tersebut. Hashed al-Shaabi ialah koalisi mantan unit paramiliter pro-Iran yang telah diintegrasikan dalam angkatan bersenjata reguler.

Pasukan Irak sangat terlibat dalam perang melawan ISIS yang juga ditentang oleh Teheran. ISIS mengklaim serangan itu dalam satu pernyataan yang dipublikasikan di saluran Telegram kelompok tersebut yang mengatakan dua anggota Hash telah terbunuh dan tiga lain terluka.

Baca juga: ISIS Klaim Dalangi Serangan Bom di Iran

Beberapa jam setelah serangan itu, militer Irak membombardir tempat persembunyian ISIS di provinsi Diyala dekat Salaheddin. Ini menewaskan lima pejuang kelompok tersebut, menurut unit media pemerintah untuk urusan keamanan.

Para jihadis ISIS menguasai sebagian besar wilayah Irak dan negara tetangga Suriah pada 2014. Mereka mendeklarasikan kekhalifahan yang mereka pimpin dengan brutal sebelum dikalahkan pada akhir 2017 oleh pasukan Irak yang didukung oleh koalisi militer pimpinan AS.

Namun sel-sel jihad masih melakukan serangan sporadis terhadap tentara dan polisi, terutama di daerah perdesaan dan terpencil. Laporan PBB yang diterbitkan pada Juli mengatakan ISIS memiliki antara 5.000 dan 7.000 anggota di seluruh Irak dan Republik Arab Suriah yang sebagian besar ialah pejuang.

Korban tewas akibat ledakan di Kabul yang diklaim ISIS bertambah

Serangan ISIS tidak hanya melanda Suriah dan Irak, tetapi juga Afghanistan. Menurut polisi setempat, korban tewas akibat serangan terhadap bus di Kabul barat, Afghanistan, yang diklaim oleh kelompok ISIS meningkat dari dua menjadi lima pada Minggu (7/1).

Juru bicara kepolisian Kabul Khalid Zadran memberikan jumlah korban awal dua orang tewas dan 14 terluka dalam ledakan di bus pada Sabtu malam, Dasht-e-Barchi, ibu kota itu. Ini daerah kantong komunitas Syiah Hazara yang secara historis tertindas.

Dalam pernyataan pada Minggu, ia merevisi jumlah korban tewas menjadi lima orang tewas dan 15 orang terluka. Ia menambahkan bahwa korban selamat telah dirawat di rumah sakit dan kondisi mereka stabil.

Dia mengatakan ledakan itu disebabkan oleh bahan peledak yang ditanam di bus dan polisi masih menyelidiki insiden tersebut untuk menemukan pelakunya dan membawa mereka ke pengadilan. Misi PBB di Afghanistan, UNAMA, mengatakan total korban setidaknya 25 orang dalam postingan di media sosial pada Minggu. PBB menyerukan diakhirinya serangan yang ditargetkan terhadap warga sipil serta perlindungan yang lebih besar bagi komunitas Hazara Afghanistan dan akuntabilitas bagi para pelaku.

Beberapa jam setelah ledakan tersebut, kelompok Negara Islam (ISIS) cabang regional mengklaim melalui Telegram bahwa mereka berada di balik ledakan tersebut. Ini serangan terbaru melanda wilayah tersebut dalam beberapa bulan terakhir.

Pada November, setidaknya tujuh orang tewas dalam ledakan di bus, Dasht-e-Barchi, yang juga diklaim oleh ISIS, yang menganggap kelompok Syiah sesat. Jumlah ledakan bom dan serangan bunuh diri di Afghanistan telah berkurang drastis sejak Taliban mengakhiri pemberontakan mereka setelah merebut kekuasaan pada Agustus 2021, menggulingkan pemerintah yang didukung AS.  Namun, sejumlah kelompok bersenjata--termasuk ISIS--masih menjadi ancaman. 

Tidak hanya itu, ISIS juga menebar dua bom di Iran selatan yang menewaskan 91 orang. Ini dikatakan media pemerintah pada Sabtu. Dua ledakan di Kerman pada Rabu (3/1) menghantam kerumunan orang pada upacara peringatan di dekat makam Qasem Soleimani, seorang jenderal penting Garda Revolusi yang tewas dalam serangan pesawat tak berawak AS di Irak pada Januari 2020.

Yang menjadi pertanyaan yaitu saat Israel menjajah dan melakukan genosida di Palestina, kenapa ISIS tidak pernah menyerang negeri Zionis itu? Bahkan, sekarang ISIS malah agresif menyerang negara-negara yang membela Palestina seperti Irak, Iran, dan Suriah. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya