Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

Ribuan Pengungsi Gaza Kembali, ini Suara Hati Mereka

Wisnu Arto Subari
24/11/2023 20:49
Ribuan Pengungsi Gaza Kembali, ini Suara Hati Mereka
Warga Palestina kembali ke distrik Khezaa di pinggiran timur kota Khan Yunis, Jalur Gaza selatan.(AFP/Mahmud Hams.)

RIBUAN pengungsi Jalur Gaza, Palestina, pulang ke rumah pada Jumat (24/11) ketika gencatan senjata empat hari Israel-Hamas dimulai. Tampak sebagian mereka menggendong anak-anak atau hewan peliharaan. Barang-barang mereka dimasukkan ke gerobak keledai atau atap mobil.

Hiruk pikuk perang digantikan oleh klakson kemacetan lalu lintas dan sirene ambulans yang menerobos kerumunan orang yang keluar dari rumah sakit dan sekolah tempat mereka mengungsi. Selama hampir tujuh minggu, serangan Israel di Jalur Gaza terus berlanjut.

Namun pada Jumat pagi, tidak ada lagi tembakan yang terdengar di Khan Yunis, selatan wilayah Palestina. Hayat al-Muammar termasuk di antara mereka yang bergegas mengambil keuntungan dari perjanjian gencatan senjata yang menyatakan sandera dari Israel akan dibebaskan dengan imbalan tahanan Palestina.

Baca juga: Inggris Gandakan Bantuan Kemanusiaan ke Jalur Gaza

"Saya akan pulang," kata pria berusia 50 tahun yang berlindung di suatu sekolah itu. "Kami melarikan diri dari kematian, kehancuran, dan segalanya," katanya kepada AFP.

"Saya masih tidak mengerti apa yang terjadi kepada kami? Mengapa mereka melakukan ini kepada kami?" dia bertanya.

Baca juga: Laut Gaza Punya Cadangan Gas 1 Triliun Kaki Kubik

Kehidupan warga Gaza telah berubah drastis sejak kelompok militan Hamas, yang menguasai wilayah Palestina, melancarkan serangan yang belum pernah terjadi terhadap Israel pada 7 Oktober. Kata PBB, sekitar 1,7 juta dari 2,4 juta penduduk wilayah tersebut diperkirakan mengungsi dan lebih dari separuh rumah rusak atau hancur.

Perang belum berakhir

Banyak pria, wanita, dan anak-anak melakukan perjalanan dengan berjalan kaki, kereta, atau tuk-tuk dengan sedikit barang yang mereka bawa ketika perang dimulai. Seorang wanita menggendong kucingnya di jalanan.

Sebagian besar wilayah Gaza telah rata dengan tanah akibat ribuan serangan udara. Wilayah tersebut menghadapi kekurangan makanan, air, dan bahan bakar.

Pesawat-pesawat tempur Israel menjatuhkan selebaran yang memperingatkan orang-orang di wilayah selatan agar tidak kembali ke wilayah utara. Sebelumnya, hal itu diberitahukan kepada warga Palestina untuk pergi demi keselamatan mereka.

"Perang belum berakhir," mereka membaca isi selebaran itu. "Kembali ke utara dilarang dan sangat berbahaya!!!"

Meski begitu, Ghadi Salamat sempat mempertimbangkan untuk kembali dari selatan. "Kami muak berada di sini. Tidak ada kehidupan. Kami berharap bisa kembali ke Kota Gaza, meski harus mendirikan tenda di reruntuhan," ujarnya.

Namun Abu Qussai tidak berniat kembali. "Itu kota hantu. Saat kami pergi, hanya ada puing-puing yang tersisa," katanya.

"Untuk apa aku pergi ke sana? Untuk melihat rumahku yang hancur? Untuk melihat mayat sepupu-sepupuku yang sudah meninggal?" Dia bertanya.

Khaled al-Halabi mengatakan dia ingin melihat rumahnya di Gaza utara tetapi tidak berencana mengambil risiko dalam perjalanan pulang. Setidaknya dengan gencatan senjata, "Kita akhirnya bisa bernapas setelah 48 hari," katanya sambil menyambut kedatangan truk bantuan dari negara tetangga Mesir.

Raed Saqer, yang mengungsi di Rafah, berharap janji peningkatan bantuan akan menjadi kenyataan. "Kami memerlukan gencatan senjata ini untuk merawat korban luka, sehingga masyarakat dapat sedikit pulih, karena pengungsi dari wilayah utara mengalami tragedi yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata," katanya.

"Kami berharap ini langkah pertama menuju gencatan senjata yang pasti," tambahnya. (Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya