Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Lawan Westernisasi, Iran Larang Siswa Masuk Sekolah Internasional

Wisnu Arto Subari
04/10/2023 22:03
Lawan Westernisasi, Iran Larang Siswa Masuk Sekolah Internasional
Seorang wanita melihat papan nama saat dia berjalan di depan sekolah Prancis di Teheran utara pada 3 Oktober 2023.(AFP/Atta Kenare.)

SEKARANG awal tahun ajaran baru di Iran. Namun tahun ini hal tersebut menjadi hal memilukan bagi para siswa di sekolah internasional setelah pemerintah memutuskan untuk melarang murid Iran masuk kembali.

Langkah mengejutkan yang diumumkan pada September ini terjadi di tengah upaya Iran untuk melawan Westernisasi. Westernisasi dianggap kaum konservatif sebagai hal yang melemahkan nilai-nilai inti yang ada sejak revolusi Islam pada 1979.

Namun, sekolah-sekolah internasional kesulitan untuk menyesuaikan diri karena peraturan baru yang diberlakukan membuat mereka kehilangan sebagian besar jumlah murid saat ini. Saat ini, hanya 60 siswa yang bersekolah di sekolah Prancis di Teheran utara dibandingkan dengan 359 siswa yang mendaftar pada awal tahun ajaran.

Sekolah Jerman, salah satu sekolah yang paling terkena dampak keputusan tersebut, hanya mampu menerima 50 dari 380 siswa. "Ini situasi yang sangat sulit," kata ayah dari dua siswa asal Iran yang hanya pernah bersekolah di Prancis. "Kami tidak tahu apa yang harus kami lakukan terhadap anak-anak kami yang tiba-tiba tidak bersekolah."

Iran memiliki selusin sekolah internasional, termasuk delapan di Teheran, yang dihadiri oleh lebih dari 2.000 siswa sebelum kebijakan baru ini diberlakukan, menurut kantor berita Tasnim. Namun hanya 10% yang memenuhi kriteria untuk diizinkan masuk ke sekolah internasional berdasarkan peraturan Iran, kantor berita tersebut melaporkan pada Agustus.

Berdasarkan peraturan yang ditetapkan oleh Dewan Pendidikan Tertinggi Iran, hanya orang asing yang tinggal di Iran dan pelajar Iran yang menyelesaikan sebagian pendidikan mereka di luar negeri, di antara pengecualian lain, yang diizinkan untuk mendaftar di sekolah internasional. Aturan tersebut berdampak pada pelajar Iran yang juga memegang paspor lain, karena republik Islam tersebut tidak mengakui kewarganegaraan ganda.

Jelas pelanggaran

Tasnim mengatakan sekolah internasional telah jelas melanggar peraturan Iran. "Tidak ada buku teks resmi yang disetujui oleh kementerian pendidikan yang diajarkan di sekolah-sekolah ini," katanya.

Ketika upaya mengubah keputusan Iran gagal, kedutaan Perancis membentuk unit krisis untuk mendukung para orangtua yang kesulitan mencarikan sekolah untuk anak-anak mereka. Beberapa orangtua memilih mengirim anak-anak mereka ke sekolah bahasa Inggris dengan mengikuti kurikulum Iran sementara yang lain memutuskan untuk melakukan homeschooling.

Hanya sedikit yang memutuskan meninggalkan Iran menuju Eropa. "Ini traumatis bagi anak-anak yang kehilangan arah dan teman-temannya," kata ibu dua siswa di sekolah Jerman tersebut. "Ini menyedihkan bagi mereka."

Ketegangan meningkat antara Teheran dan Washington serta sekutunya sejak Amerika Serikat menerapkan kembali sanksi terhadap Iran setelah menarik diri dari perjanjian nuklir penting pada 2018. Kritik terhadap negara-negara Barat meningkat di Iran sejak negara itu dilanda protes massal tahun lalu setelah kematian perempuan Kurdi Iran berusia 22 tahun, Mahsa Amini.

Kematiannya di tahanan polisi pada September 2022 memicu demonstrasi selama berbulan-bulan yang oleh pihak berwenang di Iran disebut sebagai kerusuhan yang dipicu oleh pemerintah asing. "Kami membayar mahal karena alasan politik yang berada di luar jangkauan kami," kata ibu itu.

Ada juga yang mengatakan keputusan Iran mempersempit peluang pertukaran budaya dengan negara lain. "Ruang dialog antara Iran dan Prancis menghilang," kata salah satu orangtua anak-anak di sekolah Prancis tersebut. "Ini sangat disayangkan karena kedua negara punya banyak hal untuk dibagikan." (AFP/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya