Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PARA pemimpin dunia bertemu dalam Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (18/9). Namun, pertemuan KTT iklim diwarnai dengan ketidakhadiran pembicara dari dua negara penghasil emisi terbesar di dunia yaitu Tiongkok dan AS.
Meskipun terjadi peningkatan peristiwa cuaca ekstrem, suhu global yang memecahkan rekor, hingga emisi gas rumah kaca terus meningkatkan perusahaan-perusahaan bahan bakar fosil meraup untung besar.
Oleh karena itu, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyebut KTT ambisi Iklim sebagai forum yang tidak main-main, di mana para pemimpin atau menteri kabinet akan mengumumkan tindakan spesifik yang memenuhi komitmen mereka di bawah Perjanjian Paris.
Baca juga: Majelis Umum PBB Adopsi Resolusi Mengecam Penodaan Kitab Suci
Standar untuk naik ke podium sangat tinggi, kepala PBB menjelaskan bahwa hanya para pemimpin yang telah membuat rencana konkret untuk mencapai Net Zero Emission (NZE) yang akan diizinkan untuk berbicara.
Setelah menerima lebih dari 100 aplikasi untuk ikut serta, PBB akhirnya merilis daftar 41 pembicara pada Selasa malam yang tidak termasuk Tiongkok, Amerika Serikat, Inggris, Jepang, atau India.
Baca juga: Ukraina Minta Bantuan Dunia Pulangkan Anak-anak yang Diculik Rusia Selama Perang
"Besok, saya akan menyambut para penggerak dan pelaku pertama yang kredibel dalam KTT Ambisi Iklim kita," kata Guterres pada Selasa (19/9).
Beberapa pemimpin besar tidak repot-repot melakukan perjalanan ke New York untuk menghadiri Sidang Umum PBB tahun ini, termasuk Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Inggris Rishi Sunak.
Presiden AS Joe Biden, yang berpidato di hadapan Majelis Umum pada hari Selasa, mengirim utusan iklimnya, John Kerry, untuk menghadiri pertemuan tersebut.
"Tidak diragukan lagi bahwa ketidakhadiran begitu banyak pemimpin dari negara-negara dengan ekonomi dan penghasil emisi terbesar di dunia akan berdampak pada hasil pertemuan," ujar Alden Meyer dari lembaga pemikir iklim E3G.
Dia menyalahkan isu-isu yang saling bersaing, mulai dari konflik Ukraina hingga ketegangan antara Amerika Serikat dan Tiongkok serta meningkatnya ketidakpastian ekonomi.
"Namun saya rasa juga ada pertentangan di banyak negara ini dari industri bahan bakar fosil dan kepentingan-kepentingan kuat lainnya terhadap perubahan transformasional yang dibutuhkan," jelas Meyer.
Direktur eksekutif organisasi nirlaba Destination Zero, Catherine Abreu,
mengatakan mungkin merupakan berita baik bahwa Biden tidak diberi kesempatan berbicara di KTT tersebut. Padahal, ASt terus mengembangkan proyek-proyek bahan bakar fosil meskipun negara ini telah melakukan investasi besar-besaran di bidang energi terbarukan.
"Saya menganggap hal ini sebagai koreksi dari KTT sebelumnya, di mana para pemimpin telah diberi kesempatan untuk menerima pujian atas kepemimpinan iklim di panggung global, sementara mereka terus melanjutkan rencana untuk mengembangkan bahan bakar fosil, dan terus mendorong krisis iklim di negaranya sendiri,” pungkasnya.
Meskipun AS tidak akan naik ke mimbar, California akan diwakili oleh Gubernur Gavin Newsom. Dari Inggris, Walikota London Sadiq Khan juga akan hadir. (AFP/Fer/Z-7)
BADAN Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi bahwa kondisi cuaca ekstrem berupa curah hujan sangat tinggi akan terus bertahan hingga Maret-April 2025.
Empat perempuan muda tersebut yakni Yola, asal Kota Kupang, Karmelita asal Kabupaten Nagekeo, Ina, asal Kabupaten Lembata dan Helda asal Kabupaten Timor Tengah Selatan.
Di tengah krisis iklim dan krisis pangan, peran petani milenial dan pemanfaatan teknologi menjadi kunci penting bagi Indonesia dalam menjaga ketahanan pangan nasional.
Workshop pemilahan sampah diharapkan dapat mengedukasi kalangan anak anak untuk peduli lingkungan sejak dini.
Mengawali rangkaian acara menyambut ulang tahun, Swiss-Belresort Dago Heritage dan Zest Sukajadi Bandung menggelar kegiatan penanaman 141 pohon di Taman Hutan Raya, Ir. H. Djuanda, Bandung.
Konsorsium SNAPFI, merupakan tim proyek penelitian kolaboratif antara Pusat Perubahan Iklim Institut Teknologi Bandung (PPI-ITB) dengan Deutsches Institut für Wirtschaftsforschun
Namun, negara-negara besar di Asia, Seperti Tiongkok, Jepang, Korea Selatan dan Indonesia belum meneken kesepakatan itu.
Parlemen Uni Eropa (EU) pada Rabu (8/6) memutuskan larangan penjualan mobil baru berbahan bakar bensin dan diesel mulai 2035.
Menurut laporan CREA, sebagian besar bahan bakar fosil Rusia dikirim ke Uni Eropa. Ukraina pun mendesak negara Barat untuk memutuskan perdagangan dengan Rusia.
“Krisis iklim membunuh kita,” kata Sekretasi Jenderal PBB Antonio Guterres
UNI Eropa (UE) mencapai kesepakatan untuk menggandakan porsi energi terbarukan dalam konsumsi energi blok 27 negara ini pada tahun 2030.
KELOMPOK negara kaya G7 berutang kepada negara-negara miskin sekitar US$13 triliun dalam bentuk bantuan pembangunan yang belum dibayarkan sebagai dukungan dalam memerangi perubahan iklim.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved