Kebebasan Pers Tengah Diserang

Media Indonesia
03/5/2023 06:40
Kebebasan Pers Tengah Diserang
Sekjen PBB mengungkapkan kebebasan pers tengah diserang di seluruh penjuru dunia.(AFP)

Sekjen PBB Antonio Guterres mengunkapkan kebebasan pers tengah diserang di setiap penjuru dunia. Mereka menargetkan jurnalis dan penyebaran diinformasi. 

"Semua kebebasan kita tergantung pada kebebasan pers. Pers sebagai pondasi demokrasi dan keadilan, darah kehidupan hak asasi manusia," ujar Guterres dalam pesan video. 

"Tetapi di setiap sudut dunia, kebebasan pers sedang diserang."

Baca juga: Tiongkok Perketat Larangan Keluar Aktivis HAM dan Keluarganya

Sekjen PBB itu tidak menyebut nama jurnalis yang dipenjara atau menyalahkan negara. Namun sejumlah pembicara lain dalam konferensi yang dilangsungkan di Markas PBB di New York itu menyoriti kays reporter Wall Street Journal Evan Gershkovich yang ditahan Rusia atas tuduhan spionase. 

"Perjuangan untuk kebebasan pers, perjuangan untuk membebaskan Evan adalah perjuangan untuk kebebasan semua orang," ujar penerbit Wall Steet Journal Almar Latour. 

Baca juga: Jurnalis Al Jazeera Dibebaskan usai 4 Tahun Ditahan di Mesir

Ancaman kekebasan pers juga mengancam nyawa mereka yang berjibaku dalam profesi ini. "Saya datang dari Iran, dimana menjadi jurnalis adalah kejahatan... (dan) dapat membuatmu dipenjara, dibunuh, atau disiksa," ujar Masih Alinejad, jurnalis Iran-Amerika yang tinggal dipengasingan. 

Berdasarkan data Reporters Without Borders, sebanyak 55 jurnalis dan empet pekerja media tewas saat menjalani tugas sepanjang 2022. 

"Kebenaran terancam disinformasi dan ucapan kebencian, mengaburkan batas antara fakta dan fiksi, antara sains dan konspirasi," kata guterres. 

"Jurnalis secara rutin dilecehkan, diintimidasi, ditahan, dan dipenjara."

Senada, pimpinan UNESCO Audrey Azoulay mengatakan era digital mengubah lanscap informasin. Menjadikan jurnalisme profesional, bebas, independen lebih diperlukan dibandingkan masa lalu. Azoulay juga mengungkapkan pelecehan dan intimidasi terhadap jurnalis tidak bisa diterima.

"Kami menemukan diri kami di persinganan. Jalan kita saat ini menjauhkan kita dari debat publik yang terindormasi. Jalan menuju polarisasi yang besar. 

Penerbit New York Times AG Sulzberger mengatakan banyak hal yang menancam jurnalis dan kebebasan informasi. "Internet juga melepaskan longsoran misinfomrasi, propaganda, pakar, dan clickbait yang membajiri ekosistem informasi. Kondisi itu mempercepat penurunan kepercayaan masyarakat," ujarnya.

Sementara itu Sekretaris Jenderal Amnesty International, Agnes Callamard, mengatakan penyensoran menjadi posisi default banyak pemerintah dalam hal mengontrol pengetahuan masyarakat mereka, katanya. (AFP/Z-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya