Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
SEBANYAK 1.209 warga negara Indonesia (WNI) yang berada di Sudan diminta siaga dievakuasi. Proses pemindahan WNI dari kota Khartoum yang menjadi pusat pertikaian bersenjata mengikuti situasi keamanan.
"Persiapan evakuasi masih terus dilakukan. pada waktunya akan diinfokan ke publik, khususnya mempertimbangkan aspek keamanan," ujar Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Teuku Faizasyah kepada Media Indonesia, Minggu (23/4).
Dia enggan mengkonfirmasi bahwa evakuasi dilakukan mulai Minggu (23/4) malam, seperti diutarakan seorang WNI di Sudan. Menurut dia, pemindahan WNI dari Khartoum dan Sudan secara keseluruhan tidak dapat diungkapkan ke publik.
Baca juga : Indonesia Berkoordinasi dengan PBB Rencanakan Evakuasi WNI di Sudan
Alasannya, kata dia, masalah operasional untuk evakuasi WNI di Sudan dapat berubah dan mengikuti situasi keamanan.
"Aspek operasional rencana evakuasi belum bisa dikonfirmasi berhubung situasi di lapangan yang dinamis," tegasnya.
Baca juga : RSF Bantu Evakuasi Seluruh Diplomat AS dari Sudan
Namun menurut Ketua Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Khartoum Althof Madani Ahsin seluruh WNI di Sudan telah diminta untuk siaga evakuasi sejak Jumat (21/4).
Ia mengatakan WNI juga diminta untuk berkumpul di safe house yang telah ditunjuk Kedutaan Besar Republik Indonesia/KBRI Khartoum guna memudahkan koordinasi. Namun hingga kabar ini terbit komunikasi dengan Althof Madani Ahsin terputus sejak Sabtu (22/4), karena jaringan telekomunikasi di Sudan mati total.
"Komunikasi yang kami terima terakhir (dengan Kedutaan Besar Republik Indonesia/KBRI Khartoum) hanya soal pendataan dan mempersiapkan tas ransel untuk evakuasi sewaktu-waktu. Betul jadi kami sudah diminta bersiaga dievakuasi," ujar Althof.
Menurut dia sekretariat PCINU Khartoum telah dijadikan safe house untuk menampung WNI dengan kapasitas 45 orang. Sejauh ini, kantor tersebut telah kedatangan enam WNI sehingga total terdapat 23 orang yang berlindung dari perang saudara di Sudan.
Ia menuturkan pihak yang bertikai di Sudan tidak menghormati hari besar umat Islam, Idul Fitri. "Betul, sepanjang hari ini yang notabene adalah hari raya Idul Fitri, perang sampai saat ini masih terus berlangsung," ungkapnya.
Akibatnya, kata dia, selain mencekam juga menghambat perolehan logistik. Pihaknya pun harus menghemat persediaan makanan yang tersisa.
"Logistik sudah mulai kami hemat, melihat terbatasnya stok dan ruang gerak untuk membeli barang yang dibutuhkan. Pasalnya suasananya tetap mencekam. Sore hari ini (Jumat 21/4), pun kami tidak berani keluar, padahal kemarin sore masih bisa keluar rumah," pungkasnya.
Perang antara militer Sudan dengan kelompok paramiliter (RSF) sejak Sabtu (15/4), telah menewaskan lebih dari 413 orang. Motifnya karena kedua pemimpin kelompok tersebut saling berebut kekuasaan untuk menguasai negara tersebut.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mencatat perang juga melukai lebih dari 3.500 orang sejak pertempuran meletus pada pertengahan Maret lalu.. (Z-8)
KEDUTAAN Besar Republik Indonesia (KBRI) di Bangkok, Thailand, mengimbau WNI menghubungi hotline Konsuler KBRI Bangkok jika ada yang terdampak konflik Thailand-Kamboja.
Menteri Hukum Supratman Andi Agtas menegaskan bahwa mantan prajurit Marinir TNI AL, Satria Arta Kumbara, telah kehilangan status sebagai Warga Negara Indonesia (WNI) secara otomatis.
Pemerintah untuk berhati-hati dalam memutuskan permohonan kewarganegaraan kembali dari Satria Kumbara, eks Marinir TNI AL yang menjadi tentara relawan Rusia.
PRESIDEN Presiden Prabowo Subianto menanggapi kabar yang menyebut Amerika Serikat (AS) bisa mengelola data pribadi warga negara Indonesia (WNI).
MANTAN anggota Korps Marinir TNI Angkatan Laut, Satria Arta Kumbara, kembali menjadi sorotan setelah menyatakan keinginannya untuk pulang ke Indonesia.
Usai amnesti terhadap AP diberikan, WNI tersebut dideportasi ke luar Myanmar pada 19 Juli 2025 melalui Thailand sebelum tiba di tanah air.
PERSERIKATAN Bangsa-Bangsa (PBB) terpaksa memangkas secara signifikan rencana bantuan kemanusiaan global untuk 2025. Soalnya, pasokan dana mengalami penurunan.
KEMENTERIAN Kesehatan Sudan menyatakan lebih dari 2.700 orang dalam sepekan telah terjangkit kolera di negara itu.
Lebih dari 400 orang dilaporkan tewas akibat serangan Pasukan Dukungan Cepat (RSF) di wilayah El-Fasher, Darfur, menurut PBB yang mengutip sumber-sumber kredibel.
Di wilayah pesisir timur Sudan yang aman, penduduk menyambut bulan Ramadan dengan berjuang keras untuk berburu dan membeli kebutuhan pokok.
44 warga sipil tewas dan 28 lainnya terluka akibat serangan oleh faksi Gerakan Pembebasan Rakyat Sudan-Utara (SPLM-N).
Di Sudan, perang antara paramiliter Rapid Support Forces (RSF) dan tentara Sudan telah berlangsung sejak April 2023. Kedua pihak saling menuduh melakukan kejahatan perang.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved