Headline

Indonesia optimistis IEU-CEPA akan mengerek perdagangan hingga Rp975 triliun.

Fokus

Tiga sumber banjir Jakarta, yaitu kiriman air, curah hujan, dan rob.

RSF Bantu Evakuasi Seluruh Diplomat AS dari Sudan

Cahya Mulyana
23/4/2023 10:00
RSF Bantu Evakuasi Seluruh Diplomat AS dari Sudan
Asap membumbung di Kota Khartoum, Sudan saat terjadi pertempuran antara dua kelompok militer di negara itu.(AFP)

PASUKAN Dukungan Cepat (RSF) Sudan telah melaporkan militer Amerika Serikat (AS), yang terdiri dari enam pesawat, mengevakuasi diplomat dan keluarga dari negara tersebut. Kelompok yang bertikai dengan militer Sudan itu juga berjanji akan membantu negara lain untuk evakuasi.

“Komando RSF telah berkoordinasi dengan Misi Pasukan AS, yang terdiri dari 6 pesawat, untuk mengevakuasi diplomat dan keluarga mereka pada Minggu pagi,” kata RSF dalam sebuah cicitan.

RSF juga berjanji akan bekerja sama penuh dengan semua misi diplomatik dan menyediakan semua sarana perlindungan yang diperlukan, serta memastikan mereka kembali dengan selamat ke negara mereka. 

Baca juga: Swiss Segera Evakuasi Warganya dari Sudan

Militer AS juga dilaporkan telah berhasil menyelesaikan evakuasi personel kedutaan dari Sudan, mengutip sumber yang mengetahui operasi tersebut.

Sumber yang menolak disebutkan namanya itu tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang operasi tersebut. Pentagon tidak segera menanggapi permintaan komentar.

Lebih dari 150 orang dari berbagai negara mencapai keamanan Arab Saudi, Sabtu (22/4), dalam evakuasi warga sipil pertama yang diumumkan dari Sudan. Pertempuran antara tentara dan RSF memasuki minggu kedua setelah jeda singkat, Jumat (21/4).

Baca juga: Umat Muslim di Sudan Lebaran di Tengah Perang

Kementerian Luar Negeri Arab Saudi mengumumkan kedatangan yang aman pada Sabtu (22/4), dari 91 warganya bersama dengan warga negara dari Kuwait, Qatar, Uni Emirat Arab, Mesir, Tunisia, Pakistan, India, Bulgaria, Bangladesh, Filipina, Kanada, dan Burkina Faso.

Angkatan Laut Arab Saudi mengangkut warga sipil, termasuk diplomat dan pejabat internasional, melintasi Laut Merah dari Port Sudan ke Jeddah. Negara-negara asing mengatakan mereka sedang mempersiapkan kemungkinan evakuasi ribuan warga negara di tengah bandara utama Sudan ditutup.

Kondisi diperparah oleh pertempuran yang sedang berlangsung telah menyebabkan ratusan orang tewas dan ribuan lainnya terluka sementara orang-orang biasa bertahan hidup dengan kekurangan listrik dan makanan. 

Tentara, di bawah Abdel Fattah al-Burhan, lawan RSF yang dipimpin Mohamed Hamdan Dagalo, yang dikenal sebagai Hemedti, sejauh ini gagal mematuhi gencatan senjata yang disepakati hampir setiap hari sejak permusuhan pecah pada 15 April.

Matthew Majok, seorang siswa di Khartoum, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa situasinya mengerikan, terutama dengan kurangnya akses ke makanan dan tembakan liar. 

“Kami ingin meninggalkan negara ini demi keselamatan. Kami telah mendengar situasinya akan menjadi lebih buruk dalam beberapa hari mendatang. Saya pikir kami tidak akan bertahan yang satu ini, kami ingin keluar,” katanya.

Pertempuran pada Sabtu (22/4), melanggar apa yang dimaksudkan sebagai gencatan senjata tiga hari dari Jumat (21/4) untuk memungkinkan warga mencapai keamanan dan mengunjungi keluarga selama hari raya Idul Fitri. Kedua belah pihak menuduh yang lain tidak menghormati gencatan senjata.

“Saya tidak punya masalah dengan gencatan senjata,” kata Hemedti kepada Al Arabiya TV, Sabtu (22/4) malam.

Ia meenuduh tentara tidak menghormatinya. PBB dan negara-negara asing telah mendesak para pemimpin militer saingan untuk menghormati gencatan senjata yang dinyatakan, dan untuk membuka jalan yang aman bagi warga sipil yang melarikan diri dari pertempuran dan untuk mengizinkan pasokan makanan dan bantuan medis yang sangat dibutuhkan.

Khaled Ahmed Idris, direktur Rumah Sakit Pendidikan Omdurman di utara Khartoum, mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ada kekurangan tenaga medis yang serius, dan mereka yang saat ini bekerja adalah mereka yang berada di rumah sakit.

Rumah sakit itu beroperasi dengan kapasitas hanya 20% karena pertempuran mencegah staf mencapai fasilitas tersebut, katanya. 

“Tidak ada lagi cara untuk membawa staf medis lain dari rumah atau daerah mereka ke rumah sakit. Tentu saja, para dokter dan perawat yang sudah berada di sini sejak Sabtu lalu benar-benar kelelahan.”

Negara-negara Barat diharapkan mengirim pesawat untuk warganya dari Djibouti, meskipun tentara Sudan mengatakan bandara di Khartoum dan kota terbesar Nyala di Darfur bermasalah dan tidak jelas kapan itu memungkinkan untuk beroperasi.

Seorang diplomat asing yang meminta untuk tidak disebutkan namanya mengatakan beberapa staf diplomatik di Khartoum berharap untuk dievakuasi melalui udara dari Port Sudan dalam dua hari ke depan. (Aljazeera/Z-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya