Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Umat Muslim di Sudan Lebaran di Tengah Perang

Cahya Mulyana
22/4/2023 12:45
Umat Muslim di Sudan Lebaran di Tengah Perang
Warga Sudan melaksanakan salat Id di Pelabuhan Sudan.(AFP)

TIDAK ada pawai obor, takbir keliling ataupun kembang api. Rakyat Sudan yang kini dirundung perang saudara merayakan Idul Fitri 1444 Hijriah di tengah ketegangan dan ketakutan. Sudan merayakan Lebaran pada Jumat (21/4) seperti warga Muhammadiyah di Indonesia.

Tercatat 413 nyawa melayang akibat perebutan kekuasaan dua pejabat militer negara itu, yakni Jenderal Abdel Fattah al-Burhan selaku komandan angkatan bersenjata Sudan, melawan Jenderal Mohamed Hamdan Dagalo yang merupakan kepala Pasukan Dukungan Cepat (RSF), sebuah kelompok paramiliter. Keduanya merupakan sekutu saat bersama-sama mengatur kudeta militer Oktober 2021.

Akibat perseteruan dua orang tersebut, Idul Fitri di Sudan tidak bisa dirayakan dengan suka ria. Banyak umat Islam di sana merayakan Lebaran dengan penuh kecemasan di dalam masjid dan tempat tersembunyi. Suara permusuhan terus bergema selama waktu salat tanda kemenangan bagi umat muslim seluruh dunia itu.

Gema tembakan senjata api, artileri, dan pesawat jet terdengar di sejumlah wilayah di Sudan, khususnya di ibu kota negara itu, Khartoum. Hari yang menjadi kegembiraan setelah berpuasa yang bertujuan menguasai hawa nafsu itu malah berlangsung penuh kesedihan.

"Pada awalnya kami mengira akan merayakan Lebaran dengan sedikit tenang karena pada Kamis (20/4) sore diumumkan akan ada gencatan senjata selama 72 jam, dimulai sejak Kamis (20/4) pukul 06:00 waktu setempat. Namun, pada saat mendekati tengah malam, justru peperangan terus terjadi dan bunyi senapan dan letusan terasa semakin dekat," kata Rois Suriyah Pengurus Cabang Istimewa Nahdlatul Ulama (PCINU) Sudan Althof Madani Ahsin kepada Media Indonesia, Sabtu (22/4).

Menurut dia akibat perang yang mengabaikan penghormatan terhadap nilai-nilai agama dan budaya itu umat muslim di Sudan harus sembunyi-sembunyi melaksanakan salat Id. 

"Kami melaksanakan salat Id secara mandiri di Sekretariat PCINU Sudan karena alasan keamanan. Alhamdulillah kami selesai melaksanakannya dengan suasana yang sedikit tenang," tambahnya.

Suasana bertambah pilu ketika waktu yang seharusnya menjadi ruang saling bermaaf-maafan dan silaturahmi antarmuslim berganti menjadi pertunjukan adu permusuhan. Sekitar pukul 09:00 waktu setempat, pertempuran antara dua kelompok itu kembali meletus.

"Pada titik-titik tertentu terasa sangat menakutkan karena bangunan rumah kami ikut bergetar mengikuti suara ledakan-ledakan yang saya kira tak jauh dari kompleks kami. Hingga waktu-waktu salat Jumat masih tetap terdengar baku tembak di kejauhan," tambahnya.

Pada hari gegap gempita dirasakan pemeluk Islam di dunia, rakyat Sudan malah tidak berani keluar rumah hanya untuk membeli kebutuhan pokok. "Sore hari ini pun kami tidak berani keluar. Padahal sore sebelumnya bisa digunakan untuk keluar membeli bahan makanan saat ini tidak bisa," pungkasnya. (Aljazeera/Z-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Budi Ernanto
Berita Lainnya