Jumat 24 Februari 2023, 14:44 WIB

Akibat Perang, Eropa Kembali Alami Kenaikan Inflasi

Fetry Wuryasti | Internasional
Akibat Perang, Eropa Kembali Alami Kenaikan Inflasi

Lindsey Parnaby / AFP
Ilustrasi

 

PENURUNAN inflasi AS tidak signifikan, yaitu dari 6,5%% menjadi 6,4%. Sedangkan Eropa kembali mengalami kenaikan dari 8,5% menjadi 8,6%.

Inflasi inti pun juga naik dari 5,2% menjadi 5,3%. Alhasil, Gubernur Bank Sentral Eropa Christine Lagarde dapat dipastikan akan meningkatkan suku bunga sekitar kisaran 50 bps pada pertemuan berikutnya.

Hal ini memberi gambaran nyata dampak perang di Rusia-Ukraina, telah menekan perekonomian di Eropa, khususnya dari sisi Inflasi. Perang tersebut telah mendorong harga harga energi meningkat, dan mendorong inflasi untuk tak terkendali.

"Memang, dengan menaikkan suku bunga, inflasi akan bergerak turun meski tidak mudah. Namun luka utama dari Inflasi juga harus diobati, yaitu invasi atau perang," kata Associate Director of Research and Investment Pilarmas Investindo Sekuritas Indonesia Maximilianus Nico Demus, Jumat (24/2).

Oleh karena itu, selama invasi belum bisa diselesaikan, inflasi di kawasan Eropa akan lebih sulit dijinakkan. Kebijakan moneter, kian dibutuhkan untuk mengendalikan inflasi namun potensi resesi ekonomi juga menjadi perhatian.

Baca juga: Berkaca Kasus Rubicon, Sri Mulyani Pastikan Perbaiki Sistem Pengawasan Internal

Dengan kuatnya ekonomi saat ini, kemungkinan Lagarde tidak akan sungkan untuk menaikkan lagi tingkat suku bunganya, bahkan lebih besar. Meskipun ada harga yang harus dibayar khususnya dari sisi pertumbuhan ekonomi.

Anggota Dewan Eksekutif Bank Sentral Eropa Isabel Schnabel juga mendorong pengetatan kebijakan moneter. Dia melihat kenaikan tingkat suku bunga akan terjadi hingga 3,75%.

Terakhir kali, Lagarde menaikkan tingkat suku bunga dari 2,75% menjadi 3,25% atau sebanyak 50 bps. Namun dengan tingginya inflasi, besaran 50 bps bukan sesuatu yang jauh untuk digapai.

Namun Villeroy, anggota Dewan Pengurus Bank Sentral Eropa, mengatakan saat ini tidak boleh bereaksi berlebihan meski ada kemungkinan tingkat suku bunga akan naik.

"Tapi dengan inflasi yang keras, hal ini akan tetap jauh lebih sulit apabila tidak melakukan sesuatu dengan luar biasa," kata Nico. (OL-4)

Baca Juga

AFP/AHMAD GHARABLI

Presiden Israel Isaac Herzog Minta Perombakan Peradilan Dihentikan setelah Protes Massal

👤Ferdian Ananda Majni 🕔Senin 27 Maret 2023, 17:35 WIB
PRESIDEN Israel Isaac Herzog mendesak pemerintah untuk menghentikan perombakan peradilan yang diperdebatkan secara...
AFP/DANIEL ROLAND

Jaringan Transportasi di Jerman Lumpuh Akibat Aksi Mogok Kerja

👤Ferdian Ananda Majni 🕔Senin 27 Maret 2023, 16:03 WIB
Serikat pekerja menuntut upah yang lebih tinggi untuk membantu para anggotanya mengatasi kenaikan biaya hidup di seluruh...
AFP

Jelang Unjuk Rasa, PM Prancis Bertemu Oposisi dan Serikat Pekerja 

👤Ferdian Ananda Majni 🕔Senin 27 Maret 2023, 16:02 WIB
PM Prancis  Elisabeth Borne akan memulai serangkaian konsultasi selama tiga minggu ke depan dengan para anggota parlemen oposisi...

E-Paper Media Indonesia

Baca E-Paper

Berita Terkini

Selengkapnya

Top Tags

BenihBaik.com

Selengkapnya

MG News

Selengkapnya

Berita Populer

Selengkapnya

Berita Weekend

Selengkapnya