Headline

Koruptor mestinya dihukum seberat-beratnya.

Fokus

Transisi lingkungan, transisi perilaku, dan transisi teknologi memudahkan orang berperilaku yang berisiko.

Eropa Dilanda Gelombang Panas Ekstrem

Thalatie K Yani
02/7/2025 06:35
Eropa Dilanda Gelombang Panas Ekstrem
Gelombang panas ekstrem melanda Eropa. Spanyol dan Inggris mencatat rekor suhu tertinggi.(AFP)

GELOMBANG panas ekstrem terus melanda Eropa. Spanyol dan Inggris mencatat rekor suhu tertinggi sepanjang sejarah untuk bulan Juni.

Layanan cuaca nasional Spanyol, Aemet, melaporkan suhu rata-rata sebesar 23,6°C sepanjang Juni—angka yang biasanya terjadi di bulan Juli atau Agustus. "Juni tahun ini benar-benar melampaui rekor," tulis Aemet, menyebut suhu sebagai "sangat panas".

Di Inggris, Kantor Meteorologi (Met Office) mencatat suhu rata-rata 16,9°C pada Juni, menjadikannya bulan Juni terpanas di negara tersebut. Secara nasional, ini menjadi Juni terpanas kedua sejak pencatatan dimulai pada 1884, hanya kalah dari Juni 2023 yang mencatat rata-rata 15,8°C.

Di Portugal, suhu harian mencapai 46,6°C di kota Mora, sekitar 100 km dari Lisbon—rekor tertinggi untuk wilayah daratan negara itu.

Kebakaran Lahan dan Peringatan Kesehatan

Dampak dari suhu ekstrem ini terasa luas. Di Turki, lebih dari 50.000 orang harus dievakuasi, terutama di Provinsi Izmir, akibat ratusan kebakaran hutan yang meluas hingga ke Bilecik, Hatay, Sakarya, dan Manisa. Menteri Kehutanan Turki, Ibrahim Yumakli, menyebut 263 kebakaran telah ditangani dalam tiga hari terakhir.

Italia juga mencatat dua kematian akibat cuaca panas. Di wilayah Tuscany, angka rawat inap meningkat 20%. Sebanyak 21 dari 27 kota besar di Italia kini berada dalam status siaga panas tertinggi. Di Lombardy, pemerintah daerah melarang pekerjaan luar ruangan di siang hari pada sektor konstruksi dan pertanian hingga September. Suhu di Florence mencapai 38,9°C, sementara Cagliari di selatan mencatat 38,6°C.

Sementara itu di Perancis, suhu mencapai 37,6°C di Bandara Orly, Paris. Puncak Menara Eiffel ditutup untuk umum karena gelombang panas. Pemerintah mengaktifkan peringatan merah—peringatan tertinggi untuk cuaca ekstrem—di Paris dan 15 wilayah lainnya. Sebanyak 1.896 sekolah ditutup sementara pada Selasa siang.

Rekor Panas di Inggris dan Yunani, Dampak ke Alam

Di Inggris, suhu tertinggi tahun ini tercatat pada Selasa di St James's Park, London, dengan suhu 34,7°C. Sehari sebelumnya, Bandara Heathrow mencatat 33,1°C dan Wimbledon mengalami hari pembukaan turnamen tenis terpanas sepanjang sejarah dengan 32,9°C.

Di Yunani, suhu mendekati 40°C selama beberapa hari terakhir. Kebakaran hutan juga terjadi di sejumlah kota pesisir dekat Athena, memaksa evakuasi warga dan menghancurkan rumah-rumah.

Jerman juga tak luput. Layanan cuaca nasional memperingatkan suhu bisa mencapai hampir 38°C, berpotensi memecahkan rekor baru. Tingginya suhu menurunkan permukaan Sungai Rhine—jalur transportasi utama—hingga membatasi muatan kapal dan menaikkan ongkos pengiriman barang.

Negara-negara di kawasan Balkan pun bergulat dengan cuaca panas meski mulai mengalami penurunan suhu. Di Montenegro, kebakaran hutan turut dilaporkan.

Dampak Iklim dan Seruan Tindakan Global

Gelombang panas juga membawa dampak serius terhadap lingkungan. Suhu tinggi di Laut Adriatik mempercepat invasi spesies berbahaya seperti ikan singa beracun, serta memperburuk kondisi gletser Alpen yang menyusut dengan kecepatan rekor.

Kepala HAM PBB, Volker Turk, memperingatkan bahwa gelombang panas ini menegaskan urgensi adaptasi terhadap perubahan iklim. Ia menyerukan peralihan dari energi fosil dan praktik yang merusak lingkungan.

“Suhu yang terus naik, banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan mengancam hak kita atas kehidupan, kesehatan, dan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan,” kata Turk dalam sesi Dewan HAM PBB.

Panel Antarpemerintah untuk Perubahan Iklim (IPCC) menyatakan gelombang panas semakin sering terjadi akibat perubahan iklim yang disebabkan oleh aktivitas manusia. Suhu ekstrem ini diprediksi akan menjadi lebih intens dan rutin jika emisi gas rumah kaca tidak dikendalikan.

Profesor Richard Allan dari Universitas Reading, Inggris, menjelaskan bahwa meningkatnya kadar gas rumah kaca membuat Bumi semakin sulit melepaskan panas berlebih, yang memperparah kondisi cuaca ekstrem. (BBC/Z-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik