Headline
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
Sebagian besar pemandu di Gunung Rinjadi belum besertifikat.
PERUBAHAN iklim bukan sekadar isu lingkungan. Masalah ini menjadi ancaman nyata bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan manusia.
Salah satu dampak yang kini menjadi perhatian dunia ialah meningkatnya risiko penyebaran demam berdarah (DBD). Penyakit yang disebabkan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini, kini semakin meluas akibat suhu tinggi dan pola cuaca yang berubah drastis. Kondisi ini menuntut kewaspadaan semua pihak untuk mencegah ancaman yang semakin nyata ini.
Pemanasan global dan perubahan pola cuaca telah menciptakan lingkungan yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal One Health tahun 2022 oleh Abdullah dan koleganya menunjukkan adanya korelasi kuat antara perubahan iklim dan peningkatan kasus DBD.
Menurut penelitian tersebut, kenaikan suhu mempercepat siklus hidup nyamuk Aedes aegypti. Sementara kelembapan tinggi memperpanjang masa hidup mereka, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit.
Indonesia, sebagai negara tropis, menjadi salah satu wilayah paling rentan terhadap dampak ini. Hujan deras yang terjadi lebih sering menciptakan genangan air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk, sementara musim kemarau yang lebih panas memicu percepatan proses inkubasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Kondisi ini memicu ledakan populasi nyamuk, yang pada akhirnya memperburuk penyebaran DBD di masyarakat.
Peningkatan suhu global bukan satu-satunya penyebab. Perubahan pola curah hujan juga memainkan peran penting. Studi dari Environmental Research (2016) oleh Ebi dan J Nealon mengungkapkan bahwa musim hujan yang lebih panjang dan pola cuaca ekstrem menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes.
Genangan air hujan di barang-barang tak terpakai seperti ban bekas, kaleng, atau ember menjadi sarang subur bagi nyamuk untuk berkembang biak.
Selain itu, urbanisasi yang tidak terencana juga berkontribusi. Di banyak kota besar, sistem drainase yang buruk memicu terbentuknya genangan air yang sulit diatasi, sementara kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih tergolong rendah.
Suhu tinggi mempercepat masa inkubasi virus dengue di tubuh nyamuk. Nyamuk pada lingkungan bersuhu tinggi lebih cepat matang secara seksual dan lebih sering menggigit manusia. Kondisi ini memungkinkan virus untuk menyebar lebih cepat dan menjangkiti lebih banyak orang.
Kelembapan tinggi juga menjadi faktor pendukung. Di lingkungan lembap, nyamuk memiliki peluang hidup yang lebih lama, sehingga meningkatkan risiko kontak dengan manusia. Dalam kondisi ini, bahkan upaya pengendalian seperti fogging atau insektisida menjadi kurang efektif karena populasi nyamuk yang terus bertambah.
Meski dampak perubahan iklim sulit untuk dikendalikan secara langsung, upaya pencegahan penyebaran DBD bisa dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu langkah paling efektif adalah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), termasuk menjalankan prinsip 3M Plus:
Selain itu, pengembangan teknologi juga dapat mendukung upaya ini. Aplikasi berbasis mobile yang memberikan notifikasi untuk rutin melakukan PSN mampu meningkatkan kesadaran masyarakat. Aplikasi ini juga bisa menjadi alat edukasi yang efektif, terutama di wilayah-wilayah endemis.
Perubahan iklim memang menjadi tantangan besar bagi dunia, tetapi dampaknya masih dapat diminimalkan melalui kerja sama semua pihak. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, didukung kebijakan pemerintah yang proaktif, dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat.
Menjaga kebersihan lingkungan, mengelola sampah dengan baik, dan melakukan pencegahan berbasis komunitas adalah kunci keberhasilan dalam memerangi demam berdarah. Ingatlah, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Dengan aksi nyata, kita bisa melindungi generasi mendatang dari ancaman demam berdarah yang kian meluas akibat perubahan iklim.
Saatnya bertindak sekarang, demam berdarah bisa dicegah, dan kita semua memiliki peran untuk melakukannya. (Laman Politeknik Kesehatan Denpasar/Antara/Z-3)
Studi menunjukkan suhu yang tinggi dapat mengganggu proses tidur, terutama bagi individu yang rentan terhadap insomnia.
Mengisi liburan dengan mendaki tentunya menyenangkan, tapi waspada suhu panas yang berisiko bagi tubuh.
Dalam kondisi cuaca panas terik, minum air yang cukup tak boleh dilupakan. Hal ini untuk mencegah dehidrasi, ingat jangan menunggu haus terlebih dahulu.
Tahun ini, kematian terkait panas di Mediterania menimbulkan kekhawatiran tentang bagaimana perubahan iklim akan mempengaruhi industri perjalanan.
BMKG memprediksi suhu panas sangat menyengat belakangan ini akan terjadi di wilayah Jakarta dan sekitarnya berlangsung cukup lama, baru berakhir pada November 2023.
Hal tersebut bisa terjadi mengingat seluruh wilayah ibu kota pada hari ini akan cerah berawan sepanjang hari.
DBD termasuk penyakit yang mengancam jiwa. Seseorang bisa mengalami DBD lebih dari sekali akibat infeksi virus dengue dan infeksi berikutnya berisiko lebih parah.
Jangan meninggalkan sampah di dalam dan luar rumah karena bisa menjadi tempat berkembang biaknya nyamuk dan telur
Sebelum dioleskan, minyak cengkeh harus diencerkan terlebih dahulu agar dapat terserap kulit dan mencegah efek gatal dan alergi.
KASUS demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi ancaman bagi masyarakat di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat. Sebanyak 120 orang harus dirawat karenanya.
Melihat data grafik yang ada, kasus DBD sudah mulai melandai. Tidak terjadi pergerakan kasus secara cepat.
Kepala Dinkes Kota Bekasi Tanti Rohilawati menegaskan terkait perkembangan DBD di Kota Bekasi fogging bukan untuk pencegahan tetapi untuk pengendalian nyamuk DBD.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved