Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Perubahan Iklim Picu Peningkatan Demam Berdarah: Penyebab, Dampak, dan Langkah Pencegahan

Abriel Okta Rosetta
18/11/2024 15:19
Perubahan Iklim Picu Peningkatan Demam Berdarah: Penyebab, Dampak, dan Langkah Pencegahan
Penelitian menunjukkan bahwa suhu tinggi mempercepat siklus hidup nyamuk, sementara kelembapan memperpanjang masa hidup mereka, meningkatkan risiko penularan. (Mongabay)

PERUBAHAN iklim bukan sekadar isu lingkungan. Masalah ini menjadi ancaman nyata bagi berbagai aspek kehidupan, termasuk kesehatan manusia. 

Salah satu dampak yang kini menjadi perhatian dunia ialah meningkatnya risiko penyebaran demam berdarah (DBD). Penyakit yang disebabkan virus dengue yang dibawa nyamuk Aedes aegypti ini, kini semakin meluas akibat suhu tinggi dan pola cuaca yang berubah drastis. Kondisi ini menuntut kewaspadaan semua pihak untuk mencegah ancaman yang semakin nyata ini.

Pemanasan global dan perubahan pola cuaca telah menciptakan lingkungan yang ideal bagi perkembangbiakan nyamuk. Penelitian yang diterbitkan dalam jurnal One Health tahun 2022 oleh Abdullah dan koleganya menunjukkan adanya korelasi kuat antara perubahan iklim dan peningkatan kasus DBD. 

Menurut penelitian tersebut, kenaikan suhu mempercepat siklus hidup nyamuk Aedes aegypti. Sementara kelembapan tinggi memperpanjang masa hidup mereka, sehingga meningkatkan risiko penularan penyakit.

Indonesia, sebagai negara tropis, menjadi salah satu wilayah paling rentan terhadap dampak ini. Hujan deras yang terjadi lebih sering menciptakan genangan air sebagai tempat berkembang biaknya nyamuk, sementara musim kemarau yang lebih panas memicu percepatan proses inkubasi virus dengue di dalam tubuh nyamuk. Kondisi ini memicu ledakan populasi nyamuk, yang pada akhirnya memperburuk penyebaran DBD di masyarakat.

Lalu, Mengapa Kasus DBD Kian Meluas?

Peningkatan suhu global bukan satu-satunya penyebab. Perubahan pola curah hujan juga memainkan peran penting. Studi dari Environmental Research (2016) oleh Ebi dan J Nealon mengungkapkan bahwa musim hujan yang lebih panjang dan pola cuaca ekstrem menciptakan kondisi ideal bagi perkembangbiakan nyamuk Aedes. 

Genangan air hujan di barang-barang tak terpakai seperti ban bekas, kaleng, atau ember menjadi sarang subur bagi nyamuk untuk berkembang biak.

Selain itu, urbanisasi yang tidak terencana juga berkontribusi. Di banyak kota besar, sistem drainase yang buruk memicu terbentuknya genangan air yang sulit diatasi, sementara kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemberantasan sarang nyamuk (PSN) masih tergolong rendah.

Suhu tinggi mempercepat masa inkubasi virus dengue di tubuh nyamuk. Nyamuk pada lingkungan bersuhu tinggi lebih cepat matang secara seksual dan lebih sering menggigit manusia. Kondisi ini memungkinkan virus untuk menyebar lebih cepat dan menjangkiti lebih banyak orang.

Kelembapan tinggi juga menjadi faktor pendukung. Di lingkungan lembap, nyamuk memiliki peluang hidup yang lebih lama, sehingga meningkatkan risiko kontak dengan manusia. Dalam kondisi ini, bahkan upaya pengendalian seperti fogging atau insektisida menjadi kurang efektif karena populasi nyamuk yang terus bertambah.

Upaya Pencegahan yang Harus Dilakukan

Meski dampak perubahan iklim sulit untuk dikendalikan secara langsung, upaya pencegahan penyebaran DBD bisa dimulai dari hal-hal sederhana yang dilakukan oleh masyarakat. Salah satu langkah paling efektif adalah dengan menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS), termasuk menjalankan prinsip 3M Plus:

  • Menguras tempat penampungan air, seperti bak mandi dan pot bunga.
  • Menutup rapat-rapat wadah air.
  • Mengubur barang-barang bekas yang dapat menampung air.
  • Menggunakan kelambu atau lotion antinyamuk untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk.

Selain itu, pengembangan teknologi juga dapat mendukung upaya ini. Aplikasi berbasis mobile yang memberikan notifikasi untuk rutin melakukan PSN mampu meningkatkan kesadaran masyarakat. Aplikasi ini juga bisa menjadi alat edukasi yang efektif, terutama di wilayah-wilayah endemis.

Perubahan iklim memang menjadi tantangan besar bagi dunia, tetapi dampaknya masih dapat diminimalkan melalui kerja sama semua pihak. Kesadaran masyarakat untuk menjaga lingkungan tetap bersih, didukung kebijakan pemerintah yang proaktif, dapat menjadi langkah awal untuk menciptakan masa depan yang lebih sehat.

Menjaga kebersihan lingkungan, mengelola sampah dengan baik, dan melakukan pencegahan berbasis komunitas adalah kunci keberhasilan dalam memerangi demam berdarah. Ingatlah, perubahan besar dimulai dari langkah kecil. Dengan aksi nyata, kita bisa melindungi generasi mendatang dari ancaman demam berdarah yang kian meluas akibat perubahan iklim.

Saatnya bertindak sekarang, demam berdarah bisa dicegah, dan kita semua memiliki peran untuk melakukannya. (Laman Politeknik Kesehatan Denpasar/Antara/Z-3)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Thalatie Yani
Berita Lainnya