Headline
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
Saat ini sudah memasuki fase persiapan kontrak awal penyelenggaraan haji 2026.
MAJALAH satir Prancis Charlie Hebdo kembali memicu kecaman di media sosial setelah menerbitkan kartun bernada sindiran atas gempa berkekuatan 7,8 magnitudo yang menewaskan 11 ribu orang lebih di Turki dan Suriah.
Gambar yang dibuat oleh seniman Pierrick Juin itu menunjukkan bangunan yang tertatih-tatih di tengah tumpukan puing dengan tulisan, 'Tidak perlu mengirim tank.'
Pengguna media sosial mengatakan kartun itu mengolok-olok tragedi yang berdampak pada jutaan orang di dua negara itu. Mereka juga menilai karya yang bernaung di bawah bendera kebebasan berpendapat dan pers itu menjijikkan, memalukan, antipati, dan mirip ujaran kebencian.
Baca juga: Jumlah Korban Meninggal Akibat Gempa Turki Tembus 12.000 Jiwa
Seorang perempuan bernama Sara Assaf mengaku sudah tidak lagi mendukung majalah asal Prancis itu.
"Je ne suis plus Charlie (Saya bukan lagi Charlie)," tulisnya.
Itu mengacu pada slogan Je suis Charlie atau saya Charlie, yang diadopsi pendukung outlet tersebut setelah serangan pada 7 Januari 2015.
Pada hari itu, dua bersaudara yang mengaku berafiliasi dengan Al-Qaeda melepaskan tembakan ke markas majalah mingguan satir itu di Paris yang menewaskan 12 orang.
Serangan itu memicu curahan solidaritas global dengan Prancis serta perdebatan tentang apa yang dimaksud dengan kebebasan berbicara. Namun dengan kemunculan karikatur ini, banyak pengikutnya mengundurkan diri.
“Tragedi ini bukan humor," ujar Cendekiawan Muslim Amerika Serikat (AS) Omar Suleiman.
Dia mengatakan mengejek kematian ribuan Muslim adalah puncak dari Prancis telah merendahkan pengikutnya dalam segala hal.
Padahal, dulu, rakyat Turki telah melakukan pawai dukungan terhadap Charlie Hebdo setelah serangan 2015, bersatu di belakang kampanye Je suis Charlie.
Analis politik Oznur Kucuker Sirene menyatakan, "Bahkan orang Turki adalah Charlie Hebdo untuk berbagi kesedihan saat Anda diserang. Tapi, hari ini, Anda berani mengejek penderitaan seluruh rakyat itu. Seseorang harus benar-benar melawan satir ini sementara masih ada bayi yang menunggu untuk diselamatkan di bawah reruntuhan.”
Seorang pengguna mengatakan satu-satunya sumber pendapatan untuk surat kabar ini adalah Islamofobia. Komik strip itu bahkan mendapat balasan dari Ibrahim Kalin, Juru Bicara Kepresidenan Turki. "Orang barbar modern. Tercekik dalam kebencian dan dendammu." (Aljazeera/OL-1)
Prancis memanggil Dubes AS, Charles Kushner, setelah surat kritik soal antisemitisme dan rencana pengakuan Palestina.
Para arkeolog menganalisis tulang belulang 82 orang yang dikuburkan ke dalam lubang-lubang antara tahun 4300 hingga 4150 sebelum masehi (SM) di Prancis Timur Laut.
Ketegangan diplomatik antara Israel dan sejumlah negara Barat semakin memanas menjelang rencana pengakuan negara Palestina bulan depan.
Pada Selasa (19/8), Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menuduh Presiden Prancis Emmanuel Macron mendorong antisemitisme.
Kejaksaan Prancis menyelidiki kematian pria 46 tahun yang meninggal saat siaran langsung.
PRESIDEN Prancis Emmanuel Macron menegaskan keraguannya bahwa Presiden Rusia Vladimir Putin siap mengakhiri perang di Ukraina.
Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Iran memasukkan tiga entitas dan 22 individu dari Uni Eropa ke daftar hitam selain satu entitas dan delapan pejabat dari Inggris.
Kemarahan terhadap majalah satir Prancis, Charlie Hebdo terus memuncak.
"Serangan digital tidak menyebakan seorang pun tewas namun ini adalah tanda. Rezim para mullah merasa terancam sehingga mereka meretas laman daring sebuah surat kabar Prancis."
Para pengunjuk rasa, mayoritas adalah siswa pesantren, berkumpul di depan kedutaan di pusat ibu kota Teheran, Sabtu (8/1). Mereka membakar bendera Prancis dan meneriakan 'malu Prancis'.
Lembaga penelitian milik Prancis di Teheran kini sudah ditutup pemerintah Iran. Langkah itu bentuk protes Iran terhadap majalah Charlie Habdo, yang menerbitkan kartun Ayatollah Ali Khamenei.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved