Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Warga Tiongkok Beralih Beli Obat-obatan Pasar Gelap saat Covid Melonjak

Ferdian Ananda Majni
05/1/2023 14:48
Warga Tiongkok Beralih Beli Obat-obatan Pasar Gelap saat Covid Melonjak
Ilustrasi Tiongkok.(AFP/Noel CELIS )

Keluarga yang putus asa mencari obat Covid-19 yang kritis di Tiongkok, mereka dihadapkan dengan rak apotek yang kosong dan ledakan kasus. Kondisi itu didorong ke pasar online yang suram yang penuh dengan penipuan harga dan penipuan.

Bulan lalu, Beijing tiba-tiba mengurangi kebijakan penahanan virus nol-Covid yang menjadi ciri khasnya, mencabut pembatasan luas yang telah memicu protes nasional dan melumpuhkan perekonomian. Langkah itu memicu semburan infeksi di seluruh negeri.

Gelombang Covid saat ini telah membuat toko obat kehilangan persediaan, karena orang-orang mengambil obat flu dan demam. Banyak yang terpaksa beralih ke penjual online samar dengan sedikit jaminan untuk mendapatkan apa yang telah mereka bayar.

Orang-orang Tiongkok telah lama menanggung skandal yang melibatkan obat-obatan tercemar, uji klinis palsu dan regulasi yang lemah dalam industri medis, sehingga membuat banyak orang skeptis terhadap obat-obatan yang diproduksi di dalam negeri.

Dengan putus asa mencari pengobatan untuk anggota keluarga yang sakit, Qiu, 22, mengatakan kepada AFP bahwa dia menghabiskan ribuan dolar untuk obat-obatan Covid yang tidak pernah sampai, setelah menghubungi seseorang secara online yang mengaku mewakili Ghitai Pharmaceutical yang berbasis di Hong Kong.

Orang tersebut mengatakan mereka memiliki akses ke stok Paxlovid, pengobatan Covid yang disetujui Beijing yang dikembangkan oleh raksasa obat-obatan AS Pfizer dan dapat mengirimkan sebagian dari kota semi-otonom ke Tiongkok daratan.

Setelah diarahkan ke situs web resmi, Qiu kemudian membayar 12.000 yuan (US$1.740) untuk enam kotak Paxlovid, menurut catatan pembayaran yang dilihat oleh AFP.

Pil, bagaimanapun, tidak pernah datang dan perwakilan memutuskan kontak, membuatnya terluka, tidak berdaya dan sangat marah. "Itu perilaku menjijikkan," kata Qiu.

"Setiap detik berarti ketika kamu mencoba menyelamatkan hidup seseorang,” pungkasnya. (AFP/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya