Headline

Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.

Fokus

Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.

Putin Tantang Barat Hadapi Rusia di Medan Perang

Basuki Eka Purnama
08/7/2022 10:00
Putin Tantang Barat Hadapi Rusia di Medan Perang
Presiden Rusia Vladimir Putin(AFP/Mikhail KLIMENTYEV / SPUTNIK)

PRESIDEN Rusia Vladimir Putin, Kamis (7/7), menantang negara-negara Barat untuk mengalahkan Rusia di medan perang.

Ia memperingatkan pergerakan Rusia yang berlangsung di Ukraina saat ini bisa dibilang baru saja mulai.

"Hari kini, kita dengar mereka ingin mengalahkan kita di medan pertempuran. Kita bisa bilang apa, biarkan mereka mencobanya," kata Putin.

Ia mengeluarkan pernyataan itu ketika menyampaikan pidato di depan para pemimpin parlemen--pertama kali sejak perang mulai berkobar lebih dari empat bulan lalu.

Baca juga: Mantan Presiden Sebut Menghukum Rusia Bisa Membahayakan Umat Manusia

Ia memperingatkan masa depan perundingan akan meredup jika konflik berlarut-larut.

"Kita sudah sering mendengar bahwa Barat ingin memerangi kita untuk membela semua warga Ukraina. Ini adalah tragedi bagi rakyat Ukraina, tapi tampaknya semua mengarah ke sana," kata Putin

Rusia menuding Barat mengobarkan perang proksi dengan menggempur ekonominya dengan serentetan sanksi serta meningkatkan pasokan persenjataan canggih untuk Ukraina.

Putin mengatakan jelas sanksi-sanksi Barat menimbulkan berbagai kesulitan, namun itu sama sekali tidak seperti yang diperkirakan oleh para penggagas serangan ekonomi terhadap Rusia.

Kendati ia sesumbar bahwa Rusia baru saja melangkah, Putin masih membuka kemungkinan bagi perundingan.

"Semua orang harus tahu bahwa, pada umumnya, kita belum memulai apa pun dengan sungguh-sungguh...Pada saat yang sama, kami tidak menolak pembicaraan perdamaian," ujar Putin.

"Tetapi, mereka yang menolaknya harus tahu bahwa semakin jauh, semakin sulit bagi mereka untuk bernegosiasi dengan kita," lanjutnya.

Sementara itu, kepala juru runding Ukraina Mykhailo Podolyak, pekan ini di Twitter menyebutkan syarat-syarat yang diajukan pihaknya untuk dapat melanjutkan pembicaraan.

"Gencatan senjata. Penarikan pasukan Z. Kembalikan para warga negara yang diculik. Serahkan para penjahat perang. Mekanisme perbaikan kerusakan. Pengakuan atas hak kedaulatan Ukraina," kata Podolyak.

Sejak meluncurkan invasi ke Ukraina, 24 Februari, pasukan Rusia telah menguasai banyak wilayah di negara itu, termasuk merebut Luhansk di Ukraina timur, Minggu (3/7).

Tetapi, pergerakan pasukan Moskow sejauh ini lebih lambat dibandingkan dengan yang diperkirakan para analis. Pasukan itu dipukul mundur saat berupaya merebut ibu kota Ukraina, Kiev, dan kota utama kedua, Kharkiv. (Ant/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya