Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

NATO Sebut Negara Barat Harus Siap Hadapi Perang Panjang di Ukraina

Nur Aivanni
03/6/2022 08:14
NATO Sebut Negara Barat Harus Siap Hadapi Perang Panjang di Ukraina
Sekjen NATO Jens Stoltenberg(AFP/SAUL LOEB)

KEPALA NATO Jens Stoltenberg, Kamis (2/6), memperingatkan bahwa negara-negara Barat perlu bersiap menghadapi perang yang panjang di Ukraina.

"Kami hanya harus bersiap untuk jangka panjang," kata Sekretaris Jenderal NATO itu kepada wartawan. "Karena apa yang kita lihat adalah bahwa perang ini sekarang telah menjadi perang gesekan."

Stoltenberg mengatakan Ukraina membayar harga yang tinggi untuk membela negara mereka sendiri di medan perang. 

"Tetapi kami juga melihat bahwa Rusia menelan banyak korban," katanya.

Baca juga: Zelensky Klaim Ukraina Kehilangan Hingga 100 Tentara Per Hari

Sambil menegaskan kembali bahwa NATO tidak ingin memasuki konfrontasi langsung dengan Rusia, Stoltenberg mengatakan aliansi militer Barat memiliki tanggung jawab untuk mendukung Ukraina.

"Sebagian besar perang - juga, kemungkinan besar perang ini - pada suatu tahap akan berakhir di meja perundingan, tetapi apa yang kita ketahui adalah bahwa apa yang terjadi di sekitar meja perundingan sangat terkait erat dengan situasi di lapangan, di medan perang," katanya.

Saat ditanya apakah Ukraina ditekan oleh Barat untuk menerima kehilangan wilayah untuk merundingkan perdamaian, Stoltenberg mengatakan, "Bukan kami yang memutuskan atau memiliki pendapat yang kuat tentang apa yang harus diterima atau tidak diterima Ukraina".

Sekjen NATO itu tidak akan mengomentari apakah aliansi tersebut sedang mendiskusikan pengawalan angkatan laut untuk mendapatkan ekspor gandum yang diblokir di Ukraina melalui blokade Rusia di pantai Ukraina, tetapi mengatakan dia menyambut baik upaya untuk menemukan solusi.

"Cara termudah untuk mendapatkan lebih banyak gandum dan mengurangi tekanan pada harga pangan adalah dengan Presiden Putin mengakhiri perang," katanya. 

"Selama bukan itu masalahnya, saya menyambut baik upaya berbagai negara, termasuk sekutu NATO, juga berkoordinasi erat dengan PBB, untuk mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak gandum," tuturnya. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya