KEPOLISIAN Bangladesh menahan sedikitnya 450 pengungsi Rohingya, karena merayakan Idulfitri di pantai yang populer.
Sekitar 920.000 pengungsi Rohingya yang sebagian besar Muslim di Bangladesh, sudah dilarang meninggalkan kamp kawat berduri. Ratusan ribu pengungsi berada di wilayah tenggara Bangladesh selama bertahun-tahun.
Diketahui, sebagian besar etnis Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, setelah serangan militer di Myanmar pada 2017. Amerika Serikat menetapkan insiden tersebut sebagai kejahatan genosida.
Baca juga: 60 Tahun Myanmar Siksa Rohingya, AS Labeli Genosida
Dalam beberapa bulan terakhir, pengungsi Rohingya telah menghadapi peningkatan kesulitan di kamp pengungsian. Apalagi, otoritas berwenang Bangladesh menghancurkan sekitar 3.000 toko dan puluhan sekolah swasta yang dikelola masyarakat.
Juru bicara polisi, Rafiqul Islam, mengatakan petugas melakukan razia di kota Cox's Bazar di hari kedua liburan Idulfitri. Bahkan, petugas menahan lebih dari 450 warga Rohingya di salah satu pantai terbesar di dunia.
Serangan itu diklaim sebagai langkah keamanan di wilayah Cox's Bazar, distrik resor terbesar di Bangladesh, yang menarik jutaan turis selama musim liburan, termasuk Idulfitri.
Baca juga: Ratusan Migran Rohingya Kabur dari Malaysia, 6 Orang Tewas
"Warga Rohingya terlibat dalam berbagai kejahatan. Tidak aman bagi turis kami. Kami telah memperkuat keamanan kota. Saat turis mengunjungi Cox's Bazar pada Idulfitri, kami telah meningkatkan patroli untuk menjaga mereka tetap aman," pungkas Islam.
Warga Rohingya yang ditahan, lanjut Isalm, termasuk pengungsi di bawah umur. Beberapa dari mereka yang ditahan, kepada AFP mengatakan, bahwa mereka pergi ke pantai untuk perayaan Idulfitri.
"Kami di sini untuk bersenang-senang. Tapi begitu kami tiba, polisi menangkap kami. Kami tidak melakukan kesalahan, kami hanya duduk di pantai," cetus Mohammad Ibrahim.(AFP/OL-11)