Headline

Setelah melakoni tenis dan olahraga di gym, aktor Christoffer Nelwan kini juga kerajingan padel.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

AS-Iran Saling Tuding Atas Kebuntuan dalam Pembicaraan Nuklir 2015

Nur Aivanni
05/4/2022 11:25
AS-Iran Saling Tuding Atas Kebuntuan dalam Pembicaraan Nuklir 2015
Ilustrasi nuklir.(AFP/Atta Kenare)

Amerika Serikat dan Iran, pada Senin (4/4), saling menyalahkan atas kebuntuan selama berminggu-minggu dalam pembicaraan kesepakatan nuklir 2015.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh mengatakan bahwa negosiator negara itu tidak akan kembali ke Wina, tempat pembicaraan selama setahun untuk memulihkan Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA), sampai Washington menyelesaikan masalah yang belum terselesaikan.

"Kami tidak akan pergi ke Wina untuk negosiasi baru tetapi untuk menyelesaikan perjanjian nuklir," kata Khatibzadeh kepada wartawan di Teheran.

"Jika Washington menjawab masalah yang belum terselesaikan, kita bisa pergi ke Wina sesegera mungkin," katanya, tanpa menjelaskan masalah spesifik yang tersisa itu.

"Saat ini, kami belum memiliki jawaban pasti dari Washington," katanya.

Namun, di Washington, rekan Khatibzadeh dari Departemen Luar Negeri AS Ned Price menolak, dengan menunjukkan bahwa Teheran tidak memberi jalan untuk membuat kesepakatan menjadi mungkin. Dan Price memperingatkan bahwa waktu hampir habis.

"Siapa pun yang terlibat dalam pembicaraan tahu persis siapa yang telah membuat proposal konstruktif, siapa yang mengajukan tuntutan yang tidak terkait dengan JCPOA, dan bagaimana kami mencapai momen saat ini," kata Price.

"Kami masih percaya ada peluang untuk mengatasi perbedaan yang tersisa," kata Price.

Teheran telah terlibat dalam negosiasi jangka panjang di ibu kota Austria untuk menghidupkan kembali JCPOA, dengan Inggris, Tiongkok, Prancis, Jerman dan Rusia secara langsung, dan Amerika Serikat secara tidak langsung.

JCPOA memberikan keringanan sanksi kepada Iran sebagai imbalan atas pembatasan program nuklirnya untuk menjamin bahwa Teheran tidak dapat mengembangkan atau memperoleh bom atom.

Tetapi Amerika Serikat secara sepihak menarik diri dari perjanjian itu pada 2018 di bawah presiden saat itu Donald Trump, yang menerapkan kembali sanksi ekonomi yang mendorong Iran untuk mulai membatalkan komitmennya sendiri. (AFP/OL-12)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Retno Hemawati
Berita Lainnya