Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Konflik Memanas, Wilayah Udara Ukraina dan Rusia Ditutup

Atikah Ishmah Winahyu
24/2/2022 15:48
Konflik Memanas, Wilayah Udara Ukraina dan Rusia Ditutup
AFP(Ilustrasi pesawat militer yang terbang di wilayah udara suatu negara.)

RUSIA telah mengumumkan penutupan wilayah udaranya untuk penerbangan sipil di perbatasan barat dengan Ukraina dan Belarus.

Sementara itu, Ukraina yang menutup wilayah udaranya untuk penerbangan sipil, berikut regulator penerbangan Eropa, juga memperingatkan bahaya terbang di wilayah yang berbatasan dengan Rusia dan Belarus.

Keputusan pada Kamis (24/2) waktu setempat muncul setelah Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan operasi militer khusus di wilayah Donbas.

Baca juga: Pasukan Rusia Serang Ukraina Usai Putin Izinkan Operasi Militer

“Penggunaan wilayah udara di perbatasan barat Rusia dengan Ukraina dan Belarus telah dihentikan sementara. Karena tingginya ancaman terhadap keselamatan penerbangan pesawat sipil, setelah penggunaan senjata dan peralatan militer,” bunyi pernyataan Notice to Airmen atau Notice to Air Missions (NOTAM).

Dalam pernyataan lain, Kementerian Pertahanan Rusia menyatakan pihaknya siap menggunakan senjata presisi tinggi untuk menonaktifkan sistem pertahanan udara, bandara militer dan angkatan udara di Ukraina.

Lewat situs resmi, perusahaan layanan lalu lintas udara Ukraina mengatakan bahwa wilayah udara negara tersebut ditutup untuk penerbangan sipil mulai Kamis pukul 00:45 GMT. Adapun layanan lalu lintas udara ditangguhkan sementara.

Baca juga: Hadapi Ancaman Rusia, Ukraina Nyatakan Negara dalam Keadaan Darurat

Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa (EASA) menyebut wilayah udara di Rusia dan Belarus dalam jarak 100 mil laut dari perbatasan dengan Ukraina, juga dapat menimbulkan risiko keselamatan. “Secara khusus, ada risiko penargetan yang disengaja dan kesalahan identifikasi pesawat sipil,” demikian keterangan badan tersebut.

“Kehadiran dan kemungkinan penggunaan berbagai sistem peperangan darat dan udara menimbulkan risiko tinggi bagi penerbangan sipil yang beroperasi di semua ketinggian dan tingkat penerbangan,” imbuhnya.

Industri penerbangan semakin memperhatikan risiko konflik yang ditimbulkan pada penerbangan sipil. Tepatnya, sejak penerbangan Malaysia Airlines MH17 ditembak jatuh di Ukraina bagian timur pada 2014.(Aljazeera/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya
Opini
Kolom Pakar
BenihBaik