Headline
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Buruknya komunikasi picu masalah yang sebetulnya bisa dihindari.
Pemprov DKI Jakarta berupaya agar seni dan tradisi Betawi tetap tumbuh dan hidup.
POLISI Israel pada Senin (17/1) bentrok dengan seorang pria Palestina yang membawa tabung gas ke atap rumahnya di daerah penuh bentrokan, Jerusalem, ketika keluarganya menghadapi penggusuran. Media Israel melaporkan bahwa Mohammed Salhiya telah mengancam akan membakar dirinya sendiri jika perintah pengusiran dari daerah Sheikh Jarrah di Jerusalem timur yang dicaplok Israel dilakukan.
Keluarga Salhiya telah menghadapi ancaman penggusuran sejak 2017. Ketika itu tanah tempat tinggalnya dialokasikan untuk pembangunan sekolah.
Polisi dan pemerintah kota Jerusalem mengatakan dalam suatu pernyataan bersama bahwa para delegasi pergi ke rumah itu pada Senin pagi untuk melaksanakan perintah penggusuran. Ini dilakukan setelah keluarga Salhiya mengabaikan kesempatan yang tak terhitung jumlahnya untuk mengosongkan tanah seperti yang diperintahkan.
"Kami sudah berada di rumah ini sejak 1950-an," kata anggota keluarga Salhiya Abdallah Ikermawi dari atap rumah. "Kami tidak punya tempat untuk pergi," katanya dalam kutipan yang diberikan oleh organisasi Komite Sheikh Jarrah. Keluarga itu terdiri dari 15 orang, termasuk anak-anak.
Perang Gaza 11 hari antara Israel dan Palestina meletus tahun lalu. Ini dipicu oleh kemarahan di Sheikh Jarrah tempat keluarga-keluarga menentang perintah penggusuran.
Polisi mengatakan perunding mereka berada di rumah Salhiya setelah beberapa penghuni rumah mulai membentengi diri dengan tabung gas dan bahan mudah terbakar lain. Saksi mata mengatakan kepada AFP bahwa bentrokan antara pasukan keamanan dan penduduk setempat meletus setelah polisi tiba tetapi kemudian mereda.
Baca juga: Kesaksian Kondisi Orang Tua Palestina setelah Ditinggalkan Tentara Israel
Ratusan warga Palestina menghadapi pengusiran dari rumah mereka di Sheikh Jarrah dan lingkungan Jerusalem timur lain. Situasi seputar ancaman penggusuran bervariasi.
Dalam beberapa kasus, orang Yahudi Israel telah mengajukan tantangan hukum untuk mengklaim tanah yang mereka katakan diambil secara ilegal selama perang yang bertepatan dengan berdirinya Israel pada 1948. Palestina telah menolak klaim ini dengan mengatakan rumah mereka dibeli secara legal dari otoritas Yordania yang menguasai Jerusalem timur antara 1948 dan 1967.
Tujuh keluarga Palestina di Sheikh Jarrah telah mengambil tantangan hukum mereka terhadap ancaman penggusuran mereka ke Mahkamah Agung Israel. Keluarga Salhiya tidak termasuk dalam kelompok itu.
Anggota dewan Kota Jerusalem Laura Wharton, yang berada di lokasi dan akan bertemu dengan keluarga Salhiya Senin malam, mengkritik tindakan pemerintah kota. "Mereka bisa saja membangun sekolah di lahan yang sama tanpa memindahkan keluarga. Ada banyak ruang," katanya.
"Hal yang menyedihkan yaitu pemerintah kota sendiri yang melakukan ini, bukan pemukim sayap kanan." Israel merebut Jerusalem timur dalam Perang Enam Hari 1967 dan kemudian mencaploknya, dalam langkah yang tidak diakui oleh masyarakat internasional.
Baca juga: TV Gaza Milik Hamas Tanggapi Serial Top Israel di Netflix
Lebih dari 200.000 pemukim Yahudi telah pindah ke daerah itu. Ini memicu ketegangan dengan warga Palestina yang mengeklaim Jerusalem timur sebagai ibu kota negara masa depan mereka. (AFP/OL-14)
KEPALA Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Volker Turk mengecam keras tindakan militer Israel di Jalur Gaza yang terus dilanda kekerasan.
MESKIPUN menghadapi penangkapan, deportasi, dan konfrontasi dengan aparat keamanan Mesir, sejumlah peserta Global March to Gaza atau Konvoi Global ke Gaza tetap bersikeras bertahan di Kairo.
AKTIVIS pro-Palestina yang berkumpul dengan tujuan mematahkan blokade Israel terhadap Gaza mundur ke Misrata di Libia barat setelah diblokade oleh pihak berwenang di wilayah timur negara itu.
PULUHAN ribu orang berpakaian merah berbaris melalui jalan-jalan di Den Haag dan di Brussels untuk menuntut lebih banyak tindakan pemerintah mereka terhadap genosida di Gaza.
ENTITAS baru yang didukung Amerika Serikat dan Israel untuk memberi bantuan pangan di Jalur Gaza, Yayasan Kemanusiaan Gaza (GHF), ternyata menimbulkan banyak masalah dan tanda tanya.
YAYASAN Kemanusiaan Gaza (GHF) yang mendapat dukungan dari Amerika Serikat mengumumkan bahwa mereka tidak akan menyalurkan bantuan pada Rabu (4/6).
MENTERI Pertahanan Israel, Israel Katz, pada Rabu (11/6) meminta Mesir untuk mencegah para aktivis mencapai perbatasan Mesir dengan Jalur Gaza dan memasuki wilayah Palestina.
SEBANYAK 12 aktivis di kapal Madleen gagal menembus blokade Israel. Namun gerakan itu membakar ribuan aktivis lain sedunia untuk meluncurkan Konvoi Global ke Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved