Headline

Pengacara Tannos menggunakan segala cara demi menolak ekstradisi ke Indonesia.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

AS Akui Serangan di Kabul Tewaskan 10 Warga Sipil bukan Militan ISIS

Nur Aivanni
18/9/2021 09:45
AS Akui Serangan di Kabul Tewaskan 10 Warga Sipil bukan Militan ISIS
Ilustrasi serangan(medcom)

KOMANDAN Komando Pusat AS Jenderal Kenneth McKenzie mengakui Amerika Serikat telah melakukan "kesalahan" ketika meluncurkan serangan pesawat tak berawak terhadap tersangka militan ISIS di Kabul, yang menewaskan 10 warga sipil termasuk anak-anak selama hari-hari terakhir penarikan AS dari Afghanistan bulan lalu.

Serangan itu, kata McKenzie, dimaksudkan untuk menargetkan operasi ISIS yang diduga oleh intelijen AS bertujuan untuk menyerang bandara Kabul.

"Serangan itu adalah kesalahan yang tragis," kata McKenzie kepada wartawan setelah penyelidikan.

Dalam sebuah pernyataan, Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin meminta maaf kepada kerabat mereka yang tewas.

"Saya menyampaikan bela sungkawa sedalam-dalamnya kepada anggota keluarga yang masih hidup dari mereka yang terbunuh," kata Austin.

"Kami meminta maaf, dan kami akan berusaha untuk belajar dari kesalahan yang mengerikan ini," imbuhnya.

Baca juga: Menlu Qatar Kunjungi Kabul untuk Bicara dengan Taliban

McKenzie mengatakan pemerintah sedang mempelajari bagaimana pembayaran ganti rugi bisa dilakukan kepada keluarga mereka yang terbunuh.

Jenderal itu mengatakan bahwa pada 29 Agustus pasukan AS telah melacak Toyota putih selama delapan jam setelah melihatnya di sebuah lokasi di Kabul yang telah diidentifikasi oleh intelijen sebagai sebuah lokasi di mana operasi ISIS diyakini sedang mempersiapkan serangan di bandara Kabul.

Laporan intelijen itu, ucapnya, telah membuat pasukan AS mengawasi Toyota Corolla putih yang diduga digunakan kelompok itu.

"Kami memilih mobil ini berdasarkan pergerakannya di area target yang kami ketahui," kata McKenzie.

"Jelas intelijen kami salah pada Toyota putih ini," ujarnya.

Serangan pesawat tak berawak itu menewaskan 10 orang, termasuk tujuh anak-anak, menurut McKenzie, tidak ada yang akhirnya terkait dengan ISIS.

McKenzie membela bahwa operasi AS itu sebagai "serangan pertahanan diri" di tengah kekhawatiran tentang serangan di bandara pada hari-hari terakhir evakuasi yang kacau.

Pada 26 Agustus seorang pembom bunuh diri ISIS-Khorasan telah membunuh banyak orang di bandara, termasuk 13 anggota militer AS.

Para pejabat AS percaya mobil itu penuh dengan bahan peledak. The New York Times melaporkan bahwa itu diisi dengan tabung air. McKenzie mengatakan bahwa tidak ada warga sipil yang terlihat di daerah itu pada saat serangan itu diizinkan.

Salah satu dari mereka yang tewas adalah seorang pria Afghanistan yang bekerja untuk kelompok bantuan AS, Ezmarai Ahmadi.

"Kami sekarang tahu bahwa tidak ada hubungan antara Ahmadi dan ISIS-Khorasan," kata Austin.

Dia mengatakan kegiatan Ahmadi hari itu sama sekali tidak berbahaya, dan bahwa pria itu adalah korban yang sama tidak bersalahnya dengan korban lainnya yang terbunuh secara tragis.

Saudara Ahmadi, Aimal, mengatakan kepada AFP bahwa mobil itu dipenuhi anak-anak yang berpura-pura bahwa rutinitas parkir adalah sebuah petualangan.

"Roket itu datang dan menabrak mobil yang penuh dengan anak-anak di dalam rumah kami," kata Aimal.

"Itu membunuh mereka semua," tambahnya.

"Saudara laki-laki saya dan keempat anaknya terbunuh. Saya kehilangan putri kecil saya dan keponakan-keponakan," tukasnya.

AFP tidak bisa memverifikasi akun Aimal secara independen.

Lebih dari 71.000 warga sipil Afghanistan dan Pakistan telah tewas langsung dari perang yang diluncurkan oleh Amerika Serikat setelah serangan 11 September 2001, dengan korban meningkat secara dramatis setelah Presiden saat itu Donald Trump melonggarkan aturan keterlibatan pada tahun 2017, menurut sebuah studi Brown University pada April.(AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya