Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Taliban Bersiap Rebut Kota Herat di Afghanistan

Atikah Ishmah Winahyu
13/8/2021 09:05
Taliban Bersiap Rebut Kota Herat di Afghanistan
Personel pasukan keamanan Afghanistan berjaga-jaga di sepanjang pinggir jalan di Herat pada 12 Agustus 2021(AFP)

KOTA terbesar ketiga Afghanistan, Herat, terancam jatuh ke tangan Taliban di tengah pertempuran sengit. Indikasinya kelompok militan itu telah mendirikan jembatan dalam jarak 150 km dari ibu kota Kabul.

Taliban mengklaim menguasai Herat, dekat perbatasan dengan Iran. Kelompok itu juga tampak hampir merebut Kandahar, menurut sumber diplomatik.

Kandahar, kota terbesar kedua di Afghanistan, adalah rumah spiritual kelompok tersebut.

Kekerasan yang meningkat dan kemajuan cepat militan mendorong Amerika Serikat dan Jerman untuk mendesak warganya agar segera meninggalkan negara itu. Situasi ini hanya kurang dari tiga minggu sebelum pasukan internasional pimpinan AS yang terakhir akan ditarik keluar.

Sebelumnya pada hari Kamis, Taliban, yang sekarang menguasai sekitar dua pertiga negara, merebut Ghazni, yang terletak di jalan Kandahar ke Kabul sekitar 150 km dari ibu kota.

Kelompok itu pada hari Kamis juga mengesampingkan pembagian kekuasaan dengan pemerintah.

Kecepatan dan kekerasan serangannya telah memicu tuduhan di antara banyak warga Afghanistan atas keputusan Presiden AS Joe Biden, yang menarik pasukan AS dan membiarkan pemerintah berperang sendirian.

Pada hari Rabu, seorang pejabat pertahanan AS mengutip intelijen AS mengatakan, Taliban dapat mengisolasi Kabul dalam 30 hari dan mungkin mengambil alih dalam 90 hari.

Pintu gerbang ke ibu kota telah tersumbat oleh orang-orang yang melarikan diri, kata sumber keamanan Barat.

Al Jazeera melaporkan, dari sumber pemerintah menyebutkan telah menawarkan bagian kekuasaan kepada Taliban, asalkan kekerasan berhenti.

Juru bicara pemerintah Afghanistan tidak tersedia untuk dimintai komentar terkait masalah itu. Tidak jelas sejauh mana tawaran yang dilaporkan, berbeda dari persyaratan yang telah dibahas pada pembicaraan yang macet di Qatar.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan, dia tidak mengetahui adanya tawaran semacam itu tetapi mengesampingkan pembagian kekuasaan.

"Kami tidak akan menerima tawaran seperti ini, karena kami tidak ingin bermitra dengan pemerintah Kabul. Kami tidak tinggal atau bekerja selama satu hari dengan itu," tegasnya. (Straitstimes/OL-13)

Baca Juga: Tahun Lalu, Hampir 90 Ribu Penduduk Tinggalkan Hong Kong



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Muhamad Fauzi
Berita Lainnya