Headline

Kenaikan harga minyak dunia mungkin terjadi dalam 4-5 hari dan akan kembali normal.

Fokus

Presiden menargetkan Indonesia bebas dari kemiskinan pada 2045.

Afghanistan Tuding Taliban Menyepelekan Pembicaraan Damai

Nur Aivanni
10/8/2021 16:56
Afghanistan Tuding Taliban Menyepelekan Pembicaraan Damai
Tentara Afghanistan berjaga di tengah ancaman serangan militan Taliban.(AFP)

PRESIDEN Afghanistan Ashraf Ghani memandang pembicaraan damai dengan Taliban sebagai hal yang sudah mati. Pihaknya pun ingin mempersenjatai warga sipil dan bekerja sama dengan panglima perang, untuk mencegah kelompok militan menguasai pemerintahan Kabul.

Sejak akhir pekan, Taliban telah merebut lima ibu kota provinsi di bagian utara dan satu ibu kota provinsi di bagian barat. Kelompok militan itu pun menghadapi sedikit perlawanan dari tentara Afghanistan.

Bahkan, kondisi di Istana Kepresidenan Afghanistan jauh lebih buruk dari sebelumnya. Sejumlah pihak menilai Presiden Ghani merasa semakin terisolasi. Tepatnya, setelah pasukan pimpinan Amerika Serikat (AS) meninggalkan negara itu.

Baca juga: AS: Tanggung Jawab Afghanistan untuk Pertahankan Negaranya

Apalagi, kelompok Taliban mendapatkan dukungan diplomatik dari negara-negara utama, seperti Pakistan, Rusia dan Tiongkok. Satu-satunya jalan keluar adalah menggalang kelompok Afghanistan yang menentang Taliban, untuk bersatu dalam perang saudara. Kemungkinan, situasi pada era 1990 akan kembali terjadi.

Juru Bicara Kepresidenan Mohammad Amiri menyatakan sikap sementara pemerintah ialah tetap terbuka untuk melakukan pembicaraan. Namun, Taliban dinilai mundur dari negosiasi.

Presiden Ghani diketahui memutuskan untuk memobilisasi dan mempersenjatai masyarakat lokal. Sehingga, mereka memiliki kekuatan untuk melawan Taliban. Keputusan Kepala Negara setelah pertemuan dengan panglima perang dan pemimpin politik di Afghanistan.

Baca juga: Taliban Berhasil Rebut Ibu Kota Provinsi Keenam di Afghanistan

"Sayangnya, Taliban tidak percaya pada pembicaraan damai itu. Mereka mencoba merebut kekuasaan dengan paksa. Tindakan itu tidak dapat diterima rakyat dan pemerintah Afghanistan," tutur Amiri dalam pesan teks.

Adapun putaran terakhir pembicaraan damai antara Taliban dan pemerintah Afghanistan di Doha, Qatar, pada 17 Juli lalu. Setelah itu, kedua belah pihak sepakat untuk melanjutkan pembicaraan.

Namun sejauh ini, tidak ada pertemuan lebih lanjut. Kepada kabinetnya, Presiden Ghani menyebut Taliban tidak memiliki keinginan untuk berdamai. "Kami menginginkan perdamaian, tetapi mereka ingin kami menyerah," pungkas Ghani.(StraitsTimes/OL-11)
 



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya