Headline
Sebaiknya negara mengurus harga barang dulu.
PEMIMPIN Hamas Ismail Haniyeh, Senin (2/8), terpilih kembali tanpa perlawanan, memantapkan posisinya sebagai pemimpin kelompok Palestina yang mengendalikan wilayah Jalur Gaza pascabentrok dengan Israel.
Dalam sebuah pernyataan resmi, Hamas mengatakan proses pemilihan telah selesai dengan terpilihnya kembali Haniyeh sebagai pemimpin politik organisasi itu setelah puluhan ribu ambil bagian dalam pemungutan suara internal.
Dipandang sebagai seorang pragmatis, Haniyeh telah memimpin biro politik Hamas sejak 2017, meski tinggal di pengangsian, di Turki dan Qatar.
Baca juga: AS-Inggris Tuduh Iran Lakukan Serangan terhadap Kapal Tanker Israel
Dia, beberapa waktu terakhir, terlibat dalam pembicaraan dengan Mesir untuk mengadakan gencatan senjata antara Hamas dan Israel yang mengakhiri kekerasan antara kedua pihak.
Konflik antara Israel dan Hamas, Mei lalu, menewaskan 13 warga Israel dan 260 warga Palestina.
Hamas memenangkan pemilu legislatif terakhir di Gaza pada 2016 menghadiahi kekalahan yang mengejutkan bagi Fatah.
Perselisihan antara Hamas dan Fatah, pada tahun berikutnya, menyebabkan perpecahan di Palestina dengan Fatah menguasai wilayah Tepi Barat sementara Hamas berkuasa di Jalur Gaza.
Sejak saat itu, Israel telah memblokade Jalur Gaza dengan alasan serangkaian serangan yang dilakukan Hamas.
Selain itu, Hamas dipandang sebagai organisasi teror oleh dunia internasional, terutama oleh Uni Eropa dan Amerika Serikat (AS). (AFP/OL-1)
Video tawanan Israel yang kurus dan lemah di Gaza memicu kecaman global. Negara Barat menuntut pembebasan segera.
Witkoff menyatakan bahwa sebagian besar warga Israel ingin para sandera pulang dan sebagian besar warga Gaza juga ingin para sandera pulang.
Israel menganggap perlucutan senjata Hamas sebagai salah satu dari beberapa syarat utama bagi kesepakatan apa pun untuk mengakhiri konflik.
Satu staf Palang Merah Palestina dilaporkan tewas, tiga lainnya terluka dalam serangan udara Israel yang menghantam markas PRCS.
Hamas menegaskan tidak akan menyerahkan senjata, kecuali terbentuk negara Palestina yang merdeka dan berdaulat.
PEMERINTAH Gaza menuduh Israel sengaja menciptakan kekacauan untuk menghambat penyaluran bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza.
Menlu AS Marco Rubio mengkritik langkah beberapa negara Barat yang akan mengakui Palestina.
Kedutaan Besar Israel mengkritik langkah Kanada untuk mengakui negara Palestina pada September mendatang.
Kementerian Kesehatan Palestina yang dikelola Hamas mengatakan tujuh warga Gaza meninggal dunia akibat malnutrisi.
Negara-negara Arab dan Barat menyerukan agar Hamas menyerahkan senjata dan mengakhiri kekuasaan di Gaza.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved