Headline
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
Penaikan belanja akan turut mendorong pertumbuhan ekonomi menjadi 5,4%.
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) mendesak negara-negara kaya tidak memesan vaksin covid-19 untuk booster imunitas penduduknya. Mengingat, masih banyak negara yang belum mendapatkan suplai vaksin covid-19.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengungkapkan kematian akibat covid-19 kembali meningkat, dengan varian Delta menjadi dominan. Lalu, banyak negara belum menerima dosis vaksin yang cukup untuk melindungi petugas kesehatan.
"Varian Delta menyebar di seluruh dunia dengan kecepatan tinggi. Mendorong lonjakan baru dalam kasus positif dan kematian akibat covid-19," ujar Tedros yang menyoroti bahwa varian Delta yang sangat menular sudah ditemukan di lebih dari 104 negara.
Baca juga: Kasus Covid-19 Melonjak, Warga Myanmar Kesulitan Dapat Oksigen
“Kesenjangan global dalam pasokan vaksin covid-19 sangat besar dan tidak merata. Beberapa negara dan wilayah sebenarnya memesan jutaan dosis vaksin untuk booster. Padahal, negara lain belum mendapat pasokan vaksin untuk petugas kesehatan mereka,” imbuhnya.
Produsen vaksin covid-19, seperti Pfizer dan Moderna, diketahui mengalokasikan pasokan vaksin untuk booster di sejumlah negara dengan tingkat vaksinasi yang tinggi. Tedros menekankan produsen seharusnya mengarahkan vaksin covdi-19 ke COVAX, yakni program berbagi vaksin khususnya untuk negara berpenghasilan menengah dan miskin.
Baca juga: AS Kembali Kirim 1,5 Juta Dosis Vaksin Moderna untuk RI
Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan pihaknya sejuah ini belum melihat bukti yang menunjukkan suntikan booster diperlukan bagi yang sudah divaksin lengkap. Kendati demikian, dia tidak memungkiri bahwa booster mungkin diperlukan suatu hari mendatang.
“Harus berdasarkan ilmu pengetahuan dan data. Bukan mengacu pada klaim perusahaan yang menyatakan bahwa vaksin perlu diberikan sebagai dosis booster,” pungkas Swaminathan.
Kepala Program Kedaruratan WHO Mike Ryan pun mengecam negara yang memprioritaskan kepentingan sendiri, dengan menggunakan suntikan booster. Di lain sisi, masih banyak negara menengah dan miskin yang sama sekali belum menerima suplai vaksin covid-19.(CNA/OL-11)
Teknologi vaksin mRNA, yang pernah menyelamatkan dunia dari pandemi covid-19, kini menghadapi ancaman.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Studi Nature Communications ungkap pandemi Covid-19 mempercepat penuaan otak rata-rata 5,5 bulan, meski tanpa infeksi. Siapa yang paling terdampak?
Studi terbaru mengungkapkan vaksinasi anak mengalami stagnasi dan kemunduran dalam dua dekade terakhir.
Diary, merek perawatan kulit (skin care) asal Bekasi, sukses menembus pasar Vietnam dan Jepang berkat inovasi produk, strategi digital, dan semangat pantang menyerah.
Produksi masker ini. bersamaan dengan produk lain seperti kopi, keripik udang dan coklat lokal membawa Worcas mendapatkan perhatian pasar domestik internasional.
Pengurus IDI, Iqbal Mochtar menilai bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin berbasis Messenger Ribonucleic Acid (mRNA) untuk covid-19 merupakan hal yang wajar.
Menteri Kesahatan AS Robert F. Kennedy Jr. membuat gebrakan besar dengan mencabut kontrak dan membatalkan pendanaan proyek vaksin berbasis teknologi mRNA, termasuk untuk covid-19.
Sejalan dengan penjelasan Kementerian Kesehatan yang menyebutkan vaksinasi booster covid-19 tetap direkomendasikan.
Pemakaian masker, khususnya di tengah kerumunan mungkin dapat dijadikan kebiasaan yang diajarkan kepada anak-anak.
Perusahaan ini fokus menggunakan teknologi vaksin berdasarkan mRNA pada Desember 2020, vaksin COVID-19 produksi mendapatkan izin penggunaan darurat di amerika serikat.
MEDIAINDONESIA.COM 20 Mei 2025 menurunkan berita berjudul ‘Covid-19 Merebak di Singapura dan Hong Kong, Masyarakat Diminta Waspada’.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved