Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Junta Myanmar Kembali Tunda Proses Pengadilan Suu Kyi

Nur Aivanni
27/4/2021 07:40
Junta Myanmar Kembali Tunda Proses Pengadilan Suu Kyi
Pemimpin sipil Myanmar Aung San Suu Kyi(AFP/STR)

JUNTA militer Myanmar kembali menunda proses pengadilan terhadap pemimpin yang digulingkan Aung San Suu Kyi pada Senin (26/4).

Negara itu berada dalam kekacauan sejak militer menggulingkan peraih Nobel itu dalam kudeta yang terjadi pada 1 Februari. Kudeta tersebut mengalihkan negara itu kembali ke pemerintahan junta setelah percobaan singkat dengan demokrasi.

Sebagian besar penduduk turun ke jalan sebagai bentuk protes, dengan pasukan keamanan melancarkan serangan brutal untuk mengatasi pemberontakan besar-besaran.

Baca juga: Obama Desak Dunia untuk Lawan Junta Myanmar

Sementara itu, Suu Kyi telah menjalani tahanan rumah, dengan junta menuntutnya di bawah enam kasus. Tetapi, kata pengacaranya Min Min Soe, Senin (26/4), pergerakan kasusnya sekali lagi ditunda hingga 10 Mei.

Dua belas minggu sejak Suu Kyi ditahan, Min Min Soe mengatakan pengacaranya masih belum mendapat izin untuk bertemu langsung dengan klien mereka.

"Ketika hakim bertanya (kepada polisi) tahap mana yang telah mereka capai, mereka menjawab bahwa mereka tidak bisa memberi tahu secara spesifik," katanya kepada AFP, seraya menambahkan bahwa Suu Kyi frustrasi dengan langkah lambat tersebut.

"Saya pikir dia tidak mendapatkan akses untuk menonton berita dan TV. Saya kira dia tidak tahu situasi saat ini yang terjadi di negara ini," katanya.

Selain tidak dapat bertemu dengan Suu Kyi, penonaktifan data seluler yang diberlakukan junta juga telah mencegah konferensi video dalam sidang sebelumnya.

Tuduhan paling serius yang dihadapi Suu Kyi berada di bawah undang-undang rahasia negara, dengan persidangan dijadwalkan di Yangon pada 6 Mei.

Aksi protes nasional berlanjut pada Senin (26/4), dengan para demonstran di selatan memegang tanda yang bertuliskan "Bebaskan para pemimpin kami" dan melambai-lambaikan bendera merah yang dihiasi dengan burung merak emas, simbol Partai Liga Nasional untuk Demokrasi.

Di pusat komersial Yangon, puluhan pengunjuk rasa ambil bagian dalam flash mob yang hanya berlangsung 10 menit. Sambil melambaikan hormat tiga jari, mereka meneriakkan, "Basmi tentara fasis!" (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya