Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Makin Kejam, Militer Myanmar Tembaki Pekerja Medis

Nur Aivanni
15/4/2021 15:14
Makin Kejam, Militer Myanmar Tembaki Pekerja Medis
Patroli militer Myanmar(AFP)

PASUKAN keamanan Myanmar melepaskan tembakan hari ini atas aksi protes pro-demokrasi oleh pekerja medis di kota Mandalay.

Para penentang kudeta pada 1 Februari yang menggulingkan pemerintah terpilih yang dipimpin oleh peraih Nobel perdamaian Aung San Suu Kyi terus melakukan kampanye melawan militer pada pekan Tahun Baru tradisional dengan serangkaian aksi.

Pekerja medis, beberapa di antaranya telah berada di garis depan kampanye melawan kudeta, berkumpul di kota kedua Mandalay lebih awal, tetapi pasukan segera tiba untuk membubarkan mereka, melepaskan tembakan dan menahan beberapa orang, kata kantor berita Mizzima.

Kantor berita tersebut mengatakan tidak memiliki rincian korban atau penangkapan. Layanan BBC berbahasa Burma juga melaporkan tindakan keras terhadap aksi protes oleh petugas medis.

Seorang juru bicara junta tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar mengenai itu.

Baca juga: Junta Militer Tuntut 19 Dokter yang Ikut Aksi Protes Antikudeta

Kudeta telah menjerumuskan Myanmar ke dalam krisis setelah 10 tahun langkah tentatif menuju demokrasi, dengan aksi protes harian dan kampanye pembangkangan, termasuk aksi mogok oleh pekerja di banyak sektor yang telah membuat ekonomi terhenti.

Liburan Tahun Baru selama lima hari, yang dikenal sebagai Thingyan, dimulai pada Selasa, tetapi aktivis pro-demokrasi membatalkan perayaan tersebut untuk fokus menentang para jenderal yang merebut kekuasaan. Sementara itu, militer mengatakan aksi protes berkurang.

Sebuah kelompok aktivis, Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik, mengatakan pasukan keamanan telah membunuh 715 pengunjuk rasa sejak penggulingan pemerintahan Suu Kyi.

Kantor hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa, pada Selasa, mengatakan bahwa pihaknya khawatir tindakan keras militer terhadap aksi protes tersebut berisiko meningkat menjadi konflik sipil, seperti yang terjadi di Suriah. (Malay Mail/OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Akhmad Mustain
Berita Lainnya