Headline

Presiden memutuskan empat pulau yang disengketakan resmi milik Provinsi Aceh.

Fokus

Kawasan Pegunungan Kendeng kritis akibat penebangan dan penambangan ilegal.

Junta Militer Tuntut 19 Dokter yang Ikut Aksi Protes Antikudeta

Atikah Ishmah Winahyu
15/4/2021 12:39
Junta Militer Tuntut 19 Dokter yang Ikut Aksi Protes Antikudeta
Aksi demonstrasi antikudeta du Kawkareik, Myanmar.(AFP/Handout / KAWKAREIK OPEN NEWS )

JUNTA militer yang berkuasa di Myanmar telah menuntut setidaknya 19 dokter medis karena berpartisipasi dalam aksi protes pembangkangan sipil terhadap kudeta 1 Februari.

Para dokter, perawat, dan mahasiswa kedokteran berbaris dan bergabung dalam aksi pemogokan untuk menunjukkan penentangan mereka terhadap pengambilalihan militer yang menggulingkan pemerintah Aung San Suu Kyi yang terpilih secara demokratis dan menghentikan kemajuan yang telah dibuat Myanmar menuju demokratisasi yang lebih besar setelah lima dekade pemerintahan militer.

“Para dokter yang didakwa dituduh mendukung dan berpartisipasi dalam gerakan pembangkangan sipil dengan tujuan merusak mesin administrasi negara,” tulis surat kabar Global New Light of Myanmar.

Baca juga: Ghani: Pasukan Keamanan Afghanistan Mampu Bela Rakyat dan Negara

Pemerintah militer telah mengeluarkan surat perintah penangkapan terhadap 100 orang yang aktif di bidang sastra, film, seni teater, musik, dan jurnalisme dengan tuduhan menyebarkan informasi yang merusak stabilitas negara dan supremasi hukum.

Ini bukan pertama kalinya dokter menjadi sasaran. Awal bulan ini, di Mandalay, pasukan keamanan menggunakan granat setrum dan menembakkan senjata untuk membubarkan pawai pekerja medis yang memprotes kudeta militer. Situs berita daring Irrawaddy melaporkan sebanyak empat dokter ditangkap.

Protes berlanjut pada Rabu (14/4) di seluruh Myanmar bahkan ketika orang-orang memboikot perayaan resmi tahun baru tradisional Thingyan, yang biasanya dimanfaatkan untuk reuni keluarga dan pesta pora.

Dalam selebaran dan unggahan media sosial minggu lalu, masyarakat diminta tidak mengadakan perayaan Thingyan, mengatakan akan tidak sopan bagi para korban yang gugur untuk menikmati festival tersebut.

Tanggapan kekerasan pemerintah terhadap demonstrasi antikudeta telah menyebabkan 714 orang terbunuh, menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik.

Pekan lalu, setidaknya 82 orang tewas dalam satu hari akibat tindakan keras oleh pasukan keamanan terhadap pengunjuk rasa, menurut laporan dari media lokal independen dan AAPP.

Korban tewas pada Jumat (9/4) di Bago adalah total satu hari terbesar untuk satu kota sejak 14 Maret, ketika lebih dari 100 orang tewas di Yangon. Bago terletak sekitar 100 km di timur laut Yangon. (CNA/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya