UNICEF: Kekerasan di Myanmar Bisa Jadi Bencana Bagi Kaum Muda

Basuki Eka Purnama
30/3/2021 06:15
UNICEF: Kekerasan di Myanmar Bisa Jadi Bencana Bagi Kaum Muda
Anak-anak ambil bagian dalam demonstrasi antikudeta di Kawkareik, Myanmar.(AFP/Handout / KAWKAREIK OPEN NEWS)

AKSI kekerasan yang dilakukan militer Myanmar menanggapi aksi demonstrasi yang berlangsung sejak bulan lalu akan memiliki konsekuensi bencana bagi generasi muda negara Asia Tenggara itu. Hal itu diungkapkan badan PBB UNICEF.

Pernyataan dari Direktur Eksekutif UNICEF Henrietta Fore itu diungkapkan setelah sedikitnya tujuh anak menjadi bagian dari lebih 100 orang yang dibunuh militer Myanmar pada Sabtu (27/3).

Myanmar mengalami peningkatan kebrutalan sejak militer menggulingkan dan menahan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi, Februari lalu, dan warga memprotes untuk menuntut dikembalikannya demokrasi.

Baca juga: Masyarakat Global Serukan Tindakan Tegas pada Militer Myanmar

"Saya terkejut dengan pembunuhan tanpa diskriminasi, termasuk terhadap anak-anak, yang terjadi di Myanmar dan kegagalan pasukan keamanan untuk menahan diri dan memastikan keselamatan anak-anak," ujar Fore.

"Selain pengaruh langsung dari kekerasan, konsekuensi jangka panjang dari krisis ini terhadap anak-anak akan menjadi bencana," imbuhnya.

Fore mengatakan, saat ini, layanan bagi anak-anak di Myanmar telah terhenti. Hampir 1 juta anak kini tidak memiliki aksen pada vaksinasi dan hampir 5 juta tidak mendapatkan suplemen vitamin A.

Selain itu, hampir 12 juta kehilangan satu tahun masa belajar.

Padahal, saat ini, hampir 40 ribu anak-anak di Myanmar mengalami malnutrisi akut.

"Hilangnya aksen ke layanan penting ini dikombinasikan dengan kontraksi ekonomi akan membuat banyak orang mengalami kemiskinan sehingga anak-anak dan pemuda terancam," ungkap Fore.

Pada Sabtu (27/3), PBB menyebut militer Myanmar telah menewaskan 107 orang termasuk tujuh anak-anak. Secara keseluruhan sebanyak 35 anak kehilangan nyawa sejak kudeta di negara itu. (AFP/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya