Headline
Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.
Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.
AKTIVIS Myanmar merencanakan lebih banyak unjuk rasa antikudeta pada Senin (15/3), sehari setelah setidaknya 39 orang tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan di pusat komersial Yangon tempat pabrik-pabrik yang didanai Tiongkok dibakar.
Pasukan keamanan menewaskan setidaknya 22 pengunjuk rasa prodemokrasi di pinggiran Hlaingthaya, Yangon, pada Minggu (14/3), kata sebuah kelompok advokasi.
Menurut Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP), 16 pengunjuk rasa lainnya tewas di tempat lain begitu juga seorang polisi. Itu menjadikan hari paling berdarah sejak kudeta pada 1 Februari terhadap pemimpin terpilih Aung San Suu Kyi.
Baca juga: Utusan Khusus PBB Kecam Pertumpahan Darah di Myanmar
Kedutaan Besar Tiongkok mengatakan banyak staf Tiongkok terluka dan terjebak dalam serangan pembakaran oleh penyerang tidak dikenal di pabrik garmen di Hlaingthaya.
Mereka pun telah meminta Myanmar melindungi properti dan warga Tiongkok. Tiongkok dipandang mendukung junta militer yang telah mengambil alih kekuasaan.
Ketika asap membubung dari kawasan industri, pasukan keamanan menembaki pengunjuk rasa di pinggiran kota yang merupakan rumah bagi para migran dari seluruh negeri, kata media lokal.
"Mengerikan. Orang-orang ditembak di depan mata saya. Itu tidak akan pernah hilang dari ingatan saya," kata seorang jurnalis foto yang tidak ingin disebutkan namanya di tempat kejadian .
Televisi Myawadday, yang dikelola tentara, mengatakan pasukan keamanan bertindak setelah empat pabrik garmen dan pabrik pupuk dibakar dan sekitar 2.000 orang telah menghentikan mobil pemadam kebakaran untuk menjangkau mereka.
Aktivis Myat Thu mengatakan aksi protes direncanakan pada Senin (15/3) di kota kedua negara itu, Mandalay.
Sementara, penduduk di Yangon mengatakan demonstrasi direncanakan di dua wilayah kota tersebut. Kekerasan juga pecah di bagian lain Yangon saat aksi protes berlangsung hingga Minggu malam.
"Tiga orang tewas dalam pelukan saya. Kami menyelamatkan sekitar 20 orang yang terluka tadi malam," kata Zizawah, 32, seorang penduduk dan pengunjuk rasa di distrik Thingyunkyun di Yangon.
Warga lainnya, May Myat Noe, 21, mengatakan ada tiga korban jiwa dan banyak orang terluka di distrik South Dagon setelah mereka keluar untuk memprotes.
Seorang juru bicara junta tidak menjawab panggilan untuk meminta komentar.
Kematian terbaru tersebut akan menambah jumlah korban dari aksi protes tersebut menjadi 126 orang, kata AAPP.
Dikatakannya, lebih dari 2.150 orang telah ditahan pada Sabtu. Lebih dari 300 orang telah dibebaskan. (CNA/OL-1)
Menjelang laga kualifikasi Piala Dunia antara Guinea dan Maroko, terjadi kudeta yang menggulingkan Presiden Guinea Alpha Conde.
Kepala Dewan Militer Sudan yang berkuasa, Jenderal Awad Ibn Ouf, mengumumkan pengunduran dirinya setelah dilantik pada Kamis malam menyusul penggulingan presiden sebelumnya, Omar al-Bashir.
ECOWAS mengatakan negara anggota mereka akan menutup perbatasan darat dan udara dengan Mali serta akan menjatuhkan sanksi bagi para pelaku kudeta di negara itu.
Goita telah beberapa kali terlihat bersama sejumlah pemimpin militer Mali di televisi pada Selasa (18/8) dan Rabu (19/8). Namun, kala itu, dia tidak mengeluarkan pernyataan apa pun.
Dewan Perdamaian dan Keamanan Pan-Afrika, Rabu (19/8), mengatakan penangguhan akan tetap berlaku sampai pemulihan tatanan konstitusional di negara Afrika Barat itu selesai.
Koalisi oposisi Mali, M5-RFP, mengatakan mereka akan bekerja sama dengan junta militer untuk membentuk sebuah peta jalan.
Kurangnya perlindungan dari pemerintah untuk penetapan harga akan memperlebar kesenjangan gender dalam pertanian.
Ratusan suporter Manchester United berdemonstrasi menentang kepemilikan keluarga Glazer, setelah klub sepak bola tersebut terlibat dalam rencana untuk bergabung dengan Liga Super Eropa.
Pihak Liga Primer Inggris dan Asosiasi Sepakbola Inggris (FA) melakukan investigasi menyusul protes massa yang dilakukan di sekitar stadion.
"Saya dibesarkan di sini, saya tinggal di sini, orangtua saya dari Rusia tetapi saya tidak ingin melihat penjajah."
RATUSAN supporter bonek mendatangi salah satu stasiun televisi swasta di Surabaya, Jawa Timur, memprotes jadual pertandingan dari PT Liga Indonesia Baru (LIB)
"Tidak masuk akal menyebut para pemain Iran dikekang. Saat ini, para pemain hanya memiliki satu hal di pikiran mereka, melaju ke putaran kedua."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved