Headline

Mantan finalis Idola Cilik dan kreator konten juga memilih menikah di KUA.

Fokus

Ketegangan antara Thailand dan Kamboja meningkat drastis sejak insiden perbatasan

PBB Desak Pembebasan Para Pengunjuk Rasa Myanmar

Atikah Ishmah Winahyu
09/3/2021 06:13
PBB Desak Pembebasan Para Pengunjuk Rasa Myanmar
pengunjuk rasa di myanmar menggunakan tameng buatan sendiri(AFP)

RATUSAN pengunjuk rasa anti-kudeta telah terpojok oleh pasukan keamanan Myanmar di gedung apartemen di Yangon. Negara itu berada dalam kekacauan sejak kudeta 1 Februari menggulingkan pemimpin sipil Aung San Suu Kyi dan memicu protes massa terhadap junta militer.

Polisi dan militer menanggapi aksi protes dengan tindakan keras yang semakin brutal terhadap para demonstran, dengan lebih dari 50 orang tewas dan hampir 1.800 ditangkap.

Ketika para demonstran di seluruh negeri berusaha melumpuhkan ekonomi dengan aksi mogok, pasukan keamanan pada Senin (8/3) malam memblokir sekitar 200 pengunjuk rasa agar tidak meninggalkan area empat jalan di Yangon.

“Sekretaris Jenderal PBB António Guterres terus mengikuti perkembangan Myanmar, terutama di kota di mana ratusan pengunjuk rasa damai telah dibarikade di dalam kompleks apartemen perumahan selama berjam-jam,” kata juru bicara Guterres, Stéphane Dujarric, kepada wartawan.

Pukulan keras yang tajam terdengar dari daerah tersebut, menurut seorang wartawan, meskipun tidak segera jelas apakah suara itu disebabkan oleh tembakan atau granat kejut.

Teriakan berulang-ulang terdengar di siaran langsung Facebook.

“Saya baru saja kabur dari Sanchaung,” tulis Maung Saungkha, seorang aktivis, di Twitter.

“Hampir 200 pengunjuk rasa muda masih diblokir oleh polisi dan tentara di sana. Komunitas lokal dan internasional perlu membantu mereka sekarang!” tegasnya.

Baca juga: Dua Pengunjuk Rasa Myanmar Tewas dengan Luka Tembak di Kepala

Juru bicara kantor hak asasi PBB Liz Throssell mengatakan sekitar pukul 10 malam polisi mulai menembak dan melakukan penangkapan.

"Tidak jelas apakah mereka menangkap pengunjuk rasa yang terperangkap atau demonstran yang baru tiba,” tukasnya.

PBB dan kedutaan besar di Yangon, termasuk Amerika Serikat dan Inggris, mendesak pasukan keamanan untuk membebaskan para demonstran.

“Guterres menyerukan pengekangan maksimum dan pembebasan semua demonstran dengan aman tanpa kekerasan atau penangkapan,” kata Dujarric kepada wartawan.

Dia menambahkan banyak dari mereka yang terperangkap adalah wanita yang secara damai berbaris untuk memperingati Hari Perempuan Internasional.

Pernyataan itu muncul setelah tiga pengunjuk rasa ditembak mati pada Senin.

Di kota utara Myitkyina, pasukan keamanan menggunakan gas air mata dan melepaskan tembakan selama bentrokan di jalan dengan pengunjuk rasa yang melempar batu.

Rekaman yang beredar menunjukkan sesosok mayat berdarah tergeletak di tempat tidur saat petugas kesehatan dengan panik mencoba menyadarkan mereka.

Seorang pria juga terlihat tertelungkup, dengan sebagian tengkoraknya meledak.

"Dua pria ditembak mati di tempat, sementara tiga lainnya termasuk seorang wanita ditembak di lengan," kata seorang petugas medis.

Seorang pengunjuk rasa ketiga ditembak mati di kota Pyapon di wilayah Delta Irrawaddy, seorang saksi mata dan seorang petugas penyelamat mengatakan.

Itu juga menjadi hari yang kelam bagi media independen di negara itu karena pasukan keamanan menggerebek kantor Myanmar Now di Yangon.

Outlet tersebut kemudian dicabut izin penerbitannya, seperti yang dilakukan kepada media independen Mizzima, DVB, Khit Thit dan 7Day, setelah perintah kementerian informasi, menurut penyiar negara MRTV. (The Guardian/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya