Headline

Bartega buka kegiatan belajar seni sambil piknik, ditemani alunan jazz, pun yang dikolaborasikan dengan kegiatan sosial.

Fokus

Sekitar 10,8 juta ton atau hampir 20% dari total sampah nasional merupakan plastik.

Pandemi Covid-19 Ungkap Kemiskinan Tersembunyi di Jepang

Atikah Ishmah Winahyu
19/1/2021 15:28
Pandemi Covid-19 Ungkap Kemiskinan Tersembunyi di Jepang
Seorang warga Jepang mendapat bantuan makanan dari organisasi nirlaba.(AFP)

JEPANG dikenal sebagai ekonomi terbesar ketiga di dunia. Sejauh ini, negara tersebut mengalami kasus covid-19 yang jumlahnya relatif kecil. Pun, tanpa menerapkan lockdown ketat seperti negara besar lainnya.

Dengan tingkat pengangguran di bawah 3% dan reputasi jaring pengaman sosial yang kuat, Jepang juga tampaknya mampu mengatasi dampak ekonomi akibat pandemi. Namun, para pengamat menyoroti kelompok paling rentan yang masih sangat terpukul dampak pandemi covid-19.

Statistik menutupi tingginya tingkat pengangguran terselubung dan pekerja sementara yang dibayar rendah. "Pandemi, meningkatnya pengangguran dan penurunan upah, berdampak kepada pekerja miskin. Kelompok warga yang sebelumnya hampir tidak bisa bertahan," ujar Kepala Pusat Dukungan Moyai untuk Hidup Mandiri Ren Ohnishi.

Sekitar 40% pekerja memiliki pekerjaan tidak tetap, yang rentan dengan upah lebih rendah dan kontrak yang mudah diputus. Banyak juga yang kesulitan untuk mengakses kesejahteraan.

Baca juga: Wah, Semua Warga Jepang Dapat Vaksin Covid-19 Gratis

Misalnya yang dialami warga bernama Yuichiro. Dia dikirim dari satu kantor pemerintah ke kantor lain, sebelum diberi tahu bahwa bantuan hanya untuk mereka yang memiliki anak. "Tapi, banyak orang dewasa yang tidak bisa makan," tutur Yuichiro.

Lebih dari 10 juta orang di Jepang hidup dengan pendapatan kurang dari US$19.000 per tahun. Sementara itu, satu dari enam orang hidup dalam kemiskinan dengan pendapatan kurang dari setengah rata-rata nasional. 

Ekonom menyebut setengah juta warga Jepang kehilangan pekerjaan mereka dalam enam bulan terakhir. "Saya tahu pasti kelas menengah mengalami keruntuhan," pungkas Kenji Seino, yang memimpin kelompok bantuan nirlaba Tenohasi.

Sekitar 250 orang berbaris di Distrik Ikebukuro, Tokyo, untuk mendapat bantuan makanan, pakaian, kantong tidur dan bantuan medis dari tim sukarelawan pimpinan Tenohasi. Mereka yang juga memberikan konsultasi terkait pencarian pekerjaan dan layanan pemerintah.

Baca juga: Perempuan Italia Berusia 108 Tahun Disuntik Vaksin Covid-19

“Orang-orang yang sudah susah, harus bertahan melawan pandemi covid-19. Mereka berada di atas tali yang mudah putus sewaktu-waktu," imbuhnya.

Kalangan ahli memperingatkan pelemahan ekonomi berpotensi meningkatkan angka bunuh diri, yang terlihat naik pada akhir akhir tahun lalu. Sebagai gambaran, kenaikan 1% angka pengangguran diprediksi menyebabkan 3.000 kasus bunuh diri dalam setahun.

Perempuan, khususnya, menghadapi kesulitan ekonomi karena banyak yang bekerja dengan kontrak. Adapun sektor ritel, restoran dan hotel juga terdampak pandemi cukup parah.

Para ahli menilai perempuan sering ragu untuk mencari bantuan, atau bergabung dengan pria dalam antrean bantuan makanan. Namun saat ini, banyak perempuan dan anak kecil ikut mengantre dalam program pembagian bantuan.(CNA/OL-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya