Headline

Dengan bayar biaya konstruksi Rp8 juta/m2, penghuni Rumah Flat Menteng mendapat hak tinggal 60 tahun.

Fokus

Sejumlah negara berhasil capai kesepakatan baru

Sebelum Lengser, Trump Rilis Sanksi untuk Yayasan Ali Khamenei

Mediaindonesia.com
19/11/2020 13:35
Sebelum Lengser, Trump Rilis Sanksi untuk Yayasan Ali Khamenei
.(AFP/Mandel Ngan)

PEMERINTAHAN Presiden Donald Trump pada Rabu (18/11) memberlakukan sanksi baru kepada yayasan utama Iran milik Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei dan menteri intelijen negara itu. Ini merupakan peningkatan tekanan sebelum Joe Biden dilantik.

Departemen Keuangan mengatakan membekukan kepentingan Amerika Serikat apa pun Yayasan Kaum Tertindas (Foundation of the Oppressed). Secara resmi yayasan itu merupakan organisasi amal untuk orang miskin yang memiliki kepentingan luas di seluruh ekonomi Iran, termasuk sektor minyak dan pertambangan.

Departemen Keuangan menggambarkan yayasan itu sebagai kerajaan ekonomi bernilai miliaran dolar dan jaringan patronase utama untuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei yang beroperasi tanpa pengawasan pemerintah.

Yang juga terkena sanksi ialah menteri intelijen dan keamanan Iran Mahmoud Alavi atas dasar hak asasi manusia. Amerika Serikat mengatakan bahwa agensi Alavi bertanggung jawab atas pemukulan dan penyalahgunaan tahanan politik lain.

Sanksi terbaru akan memiliki efek praktis yang terbatas karena pemerintahan Trump telah menerapkan pembatasan besar-besaran terhadap Iran, termasuk mencoba menghentikan semua ekspor minyak dan memblokir sistem keuangannya.

Namun langkah itu dilakukan ketika Iran menawarkan untuk kembali mematuhi kesepakatan nuklir yang dinegosiasikan di bawah mantan presiden Barack Obama jika Biden mencabut sanksi setelah menjabat pada 20 Januari.

Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, dalam tanggapan tidak langsung, berjanji untuk terus memaksakan konsekuensi yang menyakitkan.

"Rezim Iran berusaha mengulangi percobaan gagal untuk mencabut sanksi dan mengirimkan mereka uang dalam jumlah besar sebagai imbalan atas pembatasan nuklir sederhana," katanya.

"Ini memang meresahkan, tetapi yang lebih mengganggu lagi yaitu anggapan bahwa Amerika Serikat harus menjadi korban pemerasan nuklir ini dan meninggalkan sanksi kami." (AFP/OL-14)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya