Headline

Serangan Israel ke Iran menghantam banyak sasaran, termasuk fasilitas nuklir dan militer.

Fokus

Keputusan FIFA dianggap lebih berpihak pada nilai komersial ketimbang kualitas kompetisi.

Protes Berujung Rusuh, Serbia Batalkan Pemberlakukan Jam Malam

Haufan Hasyim Salengke
10/7/2020 08:32
Protes Berujung Rusuh, Serbia Batalkan Pemberlakukan Jam Malam
Aksi demonstrasi di Beograd, Serbia.(AFP/Oliver BUNIC)

PEMERINTAH Serbia membatalkan rencana memberlakukan jam malam covid-19 pada akhir pekan di Beograd setelah dua malam protes intens di ibu kota.

Para pemrotes berkumpul lagi, Kamis (9/7) malam, dengan melakukan aksi duduk di depan Majelis Nasional.

Perdana Menteri Ana Brnabic mengumumkan langkah-langkah yang lebih terbatas, termasuk larangan pertemuan lebih dari 10 orang.

Baca juga: Penduduk Melbourne Dikarantina 6 Minggu

Brnabic mengatakan jam malam membutuhkan keadaan darurat. Sebagai gantinya, ia mengumumkan larangan semua pertemuan yang melibatkan lebih dari 10 orang di dalam atau di luar rumah di ibu kota. Langkah itu bisa memberi polisi lebih banyak alasan untuk membubarkan protes lebih lanjut.

Toko-toko, pub, kelab, restoran, dan ruang-ruang tertutup lainnya di Beograd harus ditutup pada pukul 21:00 waktu setempat mulai Jumat (10/7). Tempat terbuka di kota dapat tetap buka sampai pukul 23:00.

"Penguncian akan menjadi langkah paling efisien ... tetapi kami memutuskan mengambil langkah sementara ini sebagai gantinya," kata Brnabic, seraya menambahkan ia tidak dapat memahami mengapa protes itu terjadi.

Koresponden BBC mengatakan protes sama menyoroti gaya kepemimpinan Presiden Vucic dan sekarang pertanyaannya adalah apakah perubahan aturan tersebut akan cukup untuk mengakhiri kerusuhan.

Presiden Aleksandar Vucic menginginkan jam malam karena meningkatnya infeksi covid-19.

Kelompok-kelompok hak asasi manusia menuduh pihak berwenang melakukan pendekatan yang kasar dan menuntut supaya menahan diri. Lusinan polisi dan pengunjuk rasa terluka.

Para pemrotes berkumpul lagi, Kamis (9/7) malam. Mereka melakukan aksi duduk di depan Majelis Nasional.

Mereka mengatakan ingin membedakan diri dari kelompok-kelompok yang menyulut kekerasan yang memulai bentrokan pada malam sebelumnya. Presiden Vucic menyalahkan kaum nasionalis sayap kanan karena telah menimbulkan masalah pada kesempatan itu.

Malam pertama protes dimulai dengan damai di luar Majelis Nasional pada Selasa (7/7) malam tetapi kemudian berubah menjadi kekerasan. Kerumunan masuk ke gedung, mendorong polisi untuk campur tangan.

Ribuan orang melakukan protes pada malam kedua Rabu (8/7) malam, menyalahkan pemerintah atas lonjakan infeksi. Protes dilaporkan di kota-kota lain termasuk Nis dan Novi Sad.

Video yang beredar menunjukkan polisi memukuli tiga pria di bangku dan wartawan juga terjebak dalam kekerasan. Seorang petugas polisi dilaporkan mengalami patah kedua kaki.

Komisioner hak asasi manusia Dewan Eropa, Dunja Mijatovic, mengatakan pembubaran demonstran yang keras oleh polisi menimbulkan keprihatinan serius terhadap hak asasi manusia.

Amnesty International menambahkan "penggunaan kekuatan yang tidak proporsional" tidak dibenarkan.

"Gambar-gambar polisi Serbia yang menembakkan gas air mata dan granat kejut tanpa pandang bulu ke kerumunan, dan para pemrotes dan pengamat dipukuli oleh polisi dengan peralatan antihuru-hara, menimbulkan keprihatinan serius," kata peneliti Amnesty di Balkan, Jelena Sesar. (BBC/OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya