Angka Kelahiran Bayi Menurun, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terancam

Haufan Hasyim Salengke
25/12/2019 17:11
Angka Kelahiran Bayi Menurun, Pertumbuhan Ekonomi Jepang Terancam
Jumlah penduduk di Jepang terus merosot. Tahun ini, bayi yang lahir di negeri matahari terbit tersebut kurang dari 900.000.(AFP)

POPULASI manusia di Jepang terus merosot. Hal itu ditandai dengan semakin menurunnya jumlah bayi yang lahir. Tahun ini, bayi yang lahir di negeri matahari terbit tersebut kurang dari 900.000 atau turun sekitar 5,9% dari tahun sebelumnya.

Kementerian Kesejahteraan Jepang mencatat, penurunan itu merupakan yang tertinggi sejak 1975. Para ahli berpendapat menurunnya jumlah kelahiran membuat anggaran untuk kesejahteraan semakin terbebani karena pemerintah mesti mendukung biaya populasi yang terus menua. "Ini yang akan merusak pertumbuhan ekonomi," kata mereka.

Tahun ini, bayi yang lahir berjumlah 864.000 orang sementara angka kematian mencapai 512.000 jiwa. Penurunan angka kelahiran ini, kata pejabat di kementerian setempat, didorong oleh semakin berkurangnya  perempuan berusia 25 hingga 39 tahun.

Jumlah pasangan yang baru menikah diperkirakan juga  mencapai titik terendah pascaperang di angka 583.000, turun 3.000 dari tahun lalu.
Sementara jumlah perceraian diproyeksikan mencapai 210.000, naik 2.000 kasus dari tahun sebelumnya.

Sebagai alasan penurunan tajam dalam jumlah bayi yang baru lahir, kementerian juga menyebut penurunan jumlah pasangan yang menikah pada tahun lalu. Mereka meyakini tren penurunan (pasangan yang menikah) ini akan terus berlanjut.

Perkiraan demografis yang dirilis pada 2017 oleh National Institute of Population and Social Security Research memproyeksikan jumlah bayi yang lahir di Jepang, termasuk bayi non-Jepang, akan berjumlah 921.000 orang pada 2019, 902.000 pada 2020, dan 886.000 pada 2021. (CNA/Japan Times/A-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Adiyanto
Berita Lainnya