Headline

Pemerintah merevisi berbagai aturan untuk mempermudah investasi.

Fokus

Hingga April 2024, total kewajiban pemerintah tercatat mencapai Rp10.269 triliun.

Para Diplomat Kemenlu Dapat Pembekalan soal Bahaya Terorisme

Antara
11/7/2019 22:40
Para Diplomat Kemenlu Dapat Pembekalan soal Bahaya Terorisme
Kepala BNPT, Suhardi Alius, di depan para diplomat pada Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) fungsional Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian(Ist)

TERORISME merupakan kejahatan luar biasa yang menjadi musuh bersama negara-negara di dunia. Karena itu, semua negara harus bersinergi untuk memberantas terorisme dari muka bumi. Utamanya melalui para diplomat yang menjadi representasi negara Republik Indonesia di luar negeri.

"Mereka (diplomat) harus mempunyai wawasan kebangsaan yang tinggi dalam rangka memproteksi kebijakan nasional untuk kepentingan bangsa dan negara," ujar Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Suhardi Alius, di depan para diplomat pada Pendidikan dan Pelatihan (Diklat) fungsional Sekolah Staf dan Pimpinan Kementerian Luar Negeri di Jakarta, Kamis (11/7).

Selain itu, Suhardi juga menyampaikan fenomena global masalah terorisme tentang bagaimana mengenali, menuntaskannya, termasuk perlakuan yang harus dikerjakan yang bersifat nasional, juga untuk sebagai inspriasi untuk tingkat multilateral dan global

Mantan Kapolda Jawa Barat ini berharap, para diplomat punya perspektif dan frame yang lengkap terkait masalah kebangsaan, radikalisme, dan terorisme. Dengan demikian, perspektif itu bisa dikembangkan sebagai bekal penugasan di pos mereka masing-masing.

"Ini juga bagian dari penguatan sinergi dalam penanggulangan terorisme. Selama ini sudah ada 36 kementerian dan lembaga yang bersinergi dengan kami (BNPT). Malah masih ada beberapa kementerian dan lembaga yang siap menambah lagi. Ini bukti mereka mulai sadar dan terbangktikan bahwa masalah terorisme ini adalah tugas semua anak bangsa," papar Suhardi.

Apalagi, lanjut dia, akhir-akhir ini isu kepulangan pascakeruntuhan kelompok radikal negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS), yang jadi masalah ketika mereka ingin pulang ke negaranya masing-masing. Masalah ini pasti akan menimbulkan problem baru.


Baca juga: Prancis Terapkan UU Pajak Digital, AS Meradang


Hal ini mutlak harus dipahami para diplomat karena ini menyangkut banyak negara.

"Masing-masing negara beda pendekatan. Pro dan kontra selalu ada tapi marilah kita untuk menjaga keamanan nasional tetap tidak menghilangkan sisi kemanusian," tutur mantan Kabareskrim Polri.

Yang pasti, kata Suhardi, masalah penanganan terorisme ini menjadi kesempatan bagi Indonesia untuk memperkenalkan apa yang telah dilakukan dan juga treatment apa, terutama dengan strategi pendekatan kemanusiaan.

"Melalui para diplomat, bisa disampaikan saran-saran yang sifatnya global yang bisa diimplementasikan di seluruh dunia," pungkasnya. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dedy P
Berita Lainnya