Headline

Kecelakaan berulang jadi refleksi tata kelola keselamatan pelayaran yang buruk.

Fokus

Tidak mengutuk serangan Israel dan AS dikritik

Pembatalan Latihan tidak Rusak Kemampuan Militer AS dan Korsel

Denny Parsaulian Sinaga
03/3/2019 20:15
Pembatalan Latihan tidak Rusak Kemampuan Militer AS dan Korsel
(AFP)

PERINGATAN soal pembatalan latihan utama militer yang bisa berdampak pada kesiapan tempur pasukan gabungan AS dan Korea Selatan ditepis sebagian analis. Apalagi muncul kekhawatiran pembatalan latihan memberikan keuntungan strategis pada Korea Utara di semenanjung yang terbagi itu. Namun, kekhawatiran itu dianggap terlalu berlebihan.

"Menangguhkan atau menurunkan tingkat latihan AS-Korea Selatan dapat merusak kesiapan kedua militer. Tetapi saya tidak berpikir itu akan menjadi ancaman keamanan serius bagi Korea Selatan," kata Presiden World Institute for Studi Korea Utara Ahn Chan-il di Seoul, kepada AFP.

"Pasukan konvensional Korsel mengungguli Korut dan mengingat situasi saat ini (dengan AS dan sanksi yang ada), sangat tidak mungkin Pyongyang akan melakukan apapun dengan senjata nuklirnya dalam waktu dekat," tambahnya.

Pensiunan Jenderal Vincent Brooks dan mantan komandan pasukan AS di Korea Selatan yang membantu mengatur pertemuan pertama Trump dengan Kim di Singapura, mengatakan, tahun lalu, di setiap akhir latihan bersama tidak akan menghalangi kesiapan tempur Pentagon di semenanjung.

"Mungkin kita sekarang disuruh untuk memasukkan pedang ke sarungnya, tetapi kita tidak melupakan bagaimana menggunakannya," katanya.

Baca juga: Indonesia Dukung Perdamaian di Semenanjung Korea

Washington telah berupaya mengakhiri ketegangan yang berkepanjangan di semenanjung itu dan mendorong Korea Utara untuk membatalkan program nuklirnya.

Sejak KTT Singapura, AS dan Korsel telah mengurangi atau membatalkan beberapa latihan militer bersama dan pembom AS tidak lagi terbang di atas Korea Selatan.

"Tidak menurunkan tingkat atau menunda latihan pada saat ini berarti negara-negara yang terlibat tidak serius mencapai kesepakatan denuklirisasi," kata profesor Studi Korea Utara Yang Moo-jin.(AFP/OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya