Headline

AS ikut campur, Iran menyatakan siap tutup Selat Hormuz.

Fokus

Tren kebakaran di Jakarta menunjukkan dinamika yang cukup signifikan.

Serangan Granat di Masjid Filipina Tewaskan Dua Orang

Tesa Oktiana Surbakti
30/1/2019 10:20
Serangan Granat di Masjid Filipina Tewaskan Dua Orang
(Ilustrasi)

SERANGAN granat menyasar sebuah masjid di wilayah selatan Filipina. Peristiwa yang berselang beberapa hari dari pemboman gereja katedral, mengakibatkan 2 orang tewas.

Ledakan mengguncang bangunan masjid sebelum fajar menyingsing. Pulau Mindanao yang dipenuhi aksi pemberontakan, merupakan rumah bagi minoritas Muslim Fipina.

Sajadah dan kaca yang berceceran darah terlihat di lantai masjid, ketika petugas keamanan bersenjata lengkap memeriksa lokasi kejadian. Peristiwa ledakan itu terjadi saat negara mayoritas Katholik dalam status siaga tinggi, pasca pemboman gereja katedral. 

Kelompok militan Negara Islam (ISIS) mengklaim bertanggung jawab atas serangan yang menewaskan 21 orang dalam misa Minggu lalu.

Juru bicara militer regional, Letnan Kolonel Gerry Besana, mengatakan jumlah korban tewas ledakan di masjid Kota Zamboanga tercatat 2 orang, dan 4 orang lainnya mengalami luka-luka. 

"Masih sulit untuk berspekulasi apakah ledakan ini merupakan pembalasan (untuk serangan katedral). Ada banyak penjelasan kemungkinan," ujar Besana kepada AFP.

 

Baca juga: IS Bertanggung Jawab atas Bom di Filipina

 

Pihak berwenang saat ini terus memburu para penyerang yang terlibat dalam serangan katedral di pulau Jolo. Awalnya, serangan itu disebut pasukan keamanan bukan serangan bunuh diri. Namun, Presiden Filipina Rodrigo Duterte menentang aksi keji itu dengan mengatakan salah satu pembom telah meledakkan dirinya di luar katedral.

Penyelidikan mengarah pada sebuah kelompok yang terikat kelompok Abu Sayyaf, yang telah berjanji setia kepada IS. Serangkaian serangan merusak kegembiraan yang dipicu persetujuan tegas dari publik melalui pemungutan suara, untuk memberi kontrol lebih bagi kaum Muslim di wilayah selatan atas urusan mereka sendiri. Langkah itu memicu harapan sekaligus memadamkan kekerasan separatis sejak lama.

Para pemberontak dan pemerintah di Manila menyatakan harapan daerah yang disebut Bangsamoro, mampu menarik investasi yang diperlukan untuk melepaskan daerah itu dari jerat kemiskinan. Sebab, kondisi yang memprihatinkan membuat daerah tersebut menjadi titik perekrutan gerakan radikal.

Akan tetapi, faksi garis keras yang bersekutu dengan IS, bukan bagian dari proses perdamaian dengan kelompok separatis terbesar negara itu, Front Pembebasan Islam Moro. Jolo menjadi rumah bagi faksi-faksi Islam garis geras, merupakan satu-satunya daerah di wilayah selatan Filipina yang menentang Bangsamoro. Secara terbuka, pemimpinnya menentang wilayah tersebut, bahkan meminta pengadilan tinggi negara menghentikan pemungutan suara.

Serangan granat pada Rabu (30/1), mendapat kecaman keras dari pihak berwenang. 

"Tidak ada yang bisa menebus pembunuhan seperti ini. Aksi ini sungguh pengecut karena menyerang orang-orang yang berdoa. Kami menyerukan orang-orang dari agama apapun berdoa untuk perdamaian," kata pemimpin regional, Mujiv Hataman. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Dwi Tupani
Berita Lainnya